JAKARTA - Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Dian Ayu Yustina menyebut bahwa tingkat perkembangan inflasi belakangan ini cukup dipengaruhi oleh faktor harga pangan. Menurut dia, sinyal tersebut perlu diperhatikan oleh pemerintah dan juga bank sentral guna menjaga stabilitas makro ekonomi domestik tetap terkendali.
“Kita sudah mencoba menelusuri beberapa komoditas pangan ini punya andil yang cukup besar dalam peningkatan inflasi,” ujarnya melalui kanal daring pada Rabu, 22 Juni.
Dian menambahkan, terdapat sejumlah bahan pangan yang berandil besar dalam pembentukan inflasi, baik di dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.
“Beberapa komoditas ini adalah kacang kedelai, jagung, dan gandum yang menunjukan kenaikan harga. Contoh nyatanya adalah kenaikan harga kedelai yang kita impor akan bisa menyebabkan kenaikan harga jual di dalam negeri,” tuturnya.
“Selain itu, yang patut kita perhatikan juga adalah harga beras yang mulai meningkat namun tidak setajam harga komoditas lain. Dampak inflasi ini (dari bahan pangan) relatif lebih cepat,” sambung dia.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan jika perseroan telah membuat proyeksi tersendiri terhadap pergerakan level inflasi.
BACA JUGA:
“Perhitungan kita kemarin baseline-nya 4,6 persen, namun besaran itu dengan memasukan ekspektasi kenaikan harga pertalite dan tarif listrik. Tetapi apabila keduanya tidak masuk hitungan maka perkiraan inflasi akan ada di 4,2 persen,” tegas Andry.
Seperti yang telah diberitakan VOI sebelumnya, angka inflasi telah konsisten naik sejak awal tahun menjadi 3,55 persen secara year on year (yoy) di Mei 2022.
Sebelumnya, inflasi Februari tercatat sebesar 2,03 persen, Maret dengan 2,64 persen, serta April sebesar 3,47 persen .
Adapun sasaran inflasi ideal yang dijaga oleh pemerintah bersama Bank Indonesia adalah sebesar 3 persen plus minus 1 persen. Hal ini berarti bahwa tingkat inflasi pada akhir tahun nanti akan melebihi target yang telah ditentukan.