JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama PT PLN (Persero) Group meluncurkan program pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan untuk rantai pasok biomassa.
Program yang bernama Socio Tropical Agriculture-waste Biomass (STAB) dan Primary Energy Renewable & Territorial Integrated Wisdom of Indonesia (PERTIWI) itu diluncurkan dalam agenda COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Ad Interim Erick Thohir mengatakan, pemerintah ingin menunjukkan aksi nyata dalam mengejar target Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 serta mencapai Net Zero Emissions (NZE) di 2060.
"Pemerintah Indonesia telah mengembangkan strategi penerapan kebijakan dekarbonisasi dan kemudian memastikan transisi energi yang lancar untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan sosial," ujar Erick dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 2 Desember.
Pada kesempatan sama, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut, peluncuran program ini sejalan dengan roadmap transisi energi. Selain itu, pemanfaatan biomassa juga merupakan wujud nyata komitmen PLN dalam meningkatkan bauran EBT di Indonesia.
"Kebijakan substitusi Co-Firing biomassa intensif dilakukan di Indonesia sebagai langkah konkret dalam mereduksi emisi karbon guna mencapai target NZE di 2060 atau lebih cepat. Co-firing biomassa juga memiliki peran yang vital dalam akselerasi transisi energi di Tanah Air," kata dia.
Darmawan menjelaskan, Co-firing biomassa memiliki keunggulan Levelized Cost of Electricity (LCOE) terendah dibanding akselerasi ke EBT lainnya. Tak hanya itu, masyarakat lokal juga akan memainkan peran penting dalam menyediakan bahan baku biomassa.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) Iwan Agung Firstantara menjelaskan, STAB merupakan jenis biomassa dari limbah pertanian, yang mana produksinya akan melibatkan masyarakat tani secara langsung.
BACA JUGA:
Bahan baku dari STAB dapat berupa limbah atau residu tanaman pertanian atau perkebunan, seperti sekam, jerami padi, bonggol jagung, bagasse, pucuk daun tebu, limbah aren, limbah sagu, residu kelapa, tandan kosong pelepah sawit, ranting-ranting pruning tanaman, dan lain-lain.
Menurut Iwan, Indonesia merupakan negara tropis dengan masyarakat agraris. Sehingga, ditemukan banyak sekali limbah pertanian yang selama ini hanya ditimbun atau dibakar saja agar lahan bersih kembali.
"Nah, kami melihat potensi besar ini, maka kami terus berinovasi bagaimana memanfaatkan limbah yang tadinya tidak bermanfaat dan mengganggu bisa diutilisasi menjadi energi bersih bahkan mampu menciptakan nilai ekonomi baru bagi para petani di Indonesia," ungkapnya.