JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir optimistis pembentukan Holding dan Subholding PT PLN (Persero) akan memberikan kepastian pengadaan energi primer untuk operasional pembangkit.
Erick mengatakan, setelah dua tahun lalu saya minta PLN untuk melakukan transformasi.
Menurutnya, penting untuk PLN mengembangkan inovasi dan melakukan efisiensi serta proses bisnis yang kompleks harus ditata ulang.
“Pertama, saya minta urusan pengadaan energi primer yang sebelumnya tersebar dan tidak efisien, agar dikelola secara terpusat sehingga lebih efisien. Akan dibentuk satu subholding yaitu PLN Energi Primer Indonesia. Dengan ini maka security of supply bisa lebih kokoh,” ujarnya dalam keterangan kepada media, Kamis, 22 September.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan, subholding energi primer ini akan fokus melakukan tata kelola hingga rantai pasok dari sumber energi primer untuk pembangkit, yaitu Batu Bara, Gas dan BBM, serta Biomassa.
PLN Energi Primer Indonesia memiliki tiga anak usaha yaitu Coal Mining Company, Gas Midstream Company, dan Logistic Coal Company.
Subholding ini akan mengamankan pasokan energi primer untuk memproduksi listrik hingga 280.000 Gigawatt Hour (GWh) per tahun.
"Ini akan mengonsolidasikan pengadaan dan rantai pasok energi primer hanya di satu titik berada di bawah subholding energi primer," ucap Darmawan.
Darmawan mencontohkan, sebelumnya rantai pasok batu bara tersebar di PLN dan masing-masing anak usaha PLN.
"Dulu PJB punya sendiri, Indonesia Power punya sendiri, kita ada sendiri, lalu di pembangkitan masing-masing juga ada. Ini kami sinergikan, kami kelola dan kami konsolidasikan jadi satu sehingga lebih efektif dan efisien," ujar Darmawan.
Selain batu bara, pengadaan gas dan juga BBM juga terkonsolidasi di dalam subholding energi primer ini.
"Setiap masing masing kebutuhan ini nanti ada direktoratnya masing masing yang bertanggung jawab menjamin rantai pasoknya," tambah Darmawan.
BACA JUGA:
Selain bertumpu pada energi primer, saat ini PLN masih mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dimana dalam operasionalnya, PLN menerapkan teknologi co-firing. Teknologi ini membutuhkan biomassa sebagai subtitusi dari batu bara.
Sehingga melalui subholding ini, PLN juga membentuk entitas baru yang khusus mengurus biomassa.
"Ke depannya, PLN itu membutuhkan paling tidak 10 juta ton biomassa untuk co-firing kita. Jadi kami membentuk entitas baru juga yang khusus untuk mengurus biomassa ini," ujar Darmawan.