JAKARTA - Kehadiran beras saset bisa menjadi alternatif di tengah tingginya harga beras saat ini.
Hanya saja, beras saset yang hadir sejak 2018 itu kini tak lagi diproduksi karena beberapa hal.
Padahal, menurut Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sumatera Utara, Arif Mandu, beras saset bisa menjadi solusi buat masyarakat.
"Pertimbangannya, harganya lebih murah," ujar Arif seperti dikutip ANTARA.
Sebagaimana diketahui, beras saset itu dibungkus dalam kemasan 200 gram dengan harga jual Rp2.500 per saset.
Namun, lanjut Arif, beras saset kurang diminati atau target pasarnya tidak tepat sehingga berhenti produksi.
BACA JUGA:
Menurutnya, beras saset memang idealnya ditujukan untuk mahasiswa yang tinggal di kos atau buruh yang hidup sendiri.
"Permintaannya kurang. Keluarga biasanya tidak membeli itu (beras saset). Tidak cukup porsinya. Kalau 200 gram itu dimasak, hasilnya paling sekitar tiga piring nasi," tutur Arif.
Meski begitu, Arif tetap mendorong beras saset diproduksi lagi mengingat harga beras premium maupun medium saat ini masih di atas harga eceran tertinggi (HET) di Sumatera Utara.
Sepekan terakhir, harga rata-rata beras medium di Sumut mencapai Rp13.500-Rp13.619 per kilogram, sedangkan HET berada di angka Rp11.500 per kilogram.
Lalu, harga rata-rata beras premium berada di angka Rp14.580-Rp14.700 per kilogram, lebih tinggi dari HET yang cuma Rp14.400 per kilogram.
Karena itu, Arif menegaskan Perum Bulog Sumut siap menjual beras saset lagi di wilayahnya jika Perum Bulog kembali memproduksi.
Sejauh ini, Perum Bulog Sumut sudah melakukan berbagai cara untuk menstabilkan harga beras. Salah satunya mendistribusikan beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Sejak Januari 2023 hingga November 2023 ini, Perum Bulog Sumut sudah menyalurkan 66.771 ton beras SPHP atau 91,93 persen dari target 73 ribu ton.