JAKARTA – Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence semakin berkembang dan telah banyak digunakan oleh sejumlah sektor industri di dunia, tak terkecuali di industri layanan kesehatan.
Dalam beberapa kasus, penggunaan teknologi kecerdasan buatan telah dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, gangguan paru-paru, bahkan mendeteksi potensi penyakit melalui pembacaan struktur komposisi genetik tubuh.
CEO Meeting merupakan acara tahunan untuk mengundang pemimpin-pemimpin perusahaan (C-Level) dari berbagai industri khususnya dari industri kesehatan untuk berdialog dan berdiskusi mengenai isu-isu ekonomi, kesehatan, social-politik, teknologi, dan lainnya yang hangat di publik.
Acara yang digagas oleh PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) ini menjadi wadah bagi pemimpin perusahaan untuk membangun relasi dan kerjasama untuk menggunakan potensi teknologi kecerdasan buatan dalam menunjang layanan kesehatan masa depan di Indonesia.
Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) Dewi Muliaty menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan dan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan dalam industri layanan kesehatan.
BACA JUGA:
“Posisi kita sekarang ini ada di antara inovasi dan kesehatan, dimana kita tidak boleh melewatkan kesempatan untuk merangkul potensi AI dalam meningkatkan perawatan pasien yang dipersonalisasi, meningkatkan hasil yang presisi, serta mendorong efisiensi seperti merampingkan proses administrasi, di seluruh ekosistem kesehatan di Indonesia,” ujar Dewi dalam keterangan resminya Sabtu 25 November.
Dewi menambahkan, AI dengan kapasitasnya untuk melakukan analisa data, pengenalan pola, dan pembelajaran berkelanjutan dapat membantu meringankan pemberian layanan kesehatan yang tidak hanya efisien, tetapi juga berpusat pada pasien.