Bagikan:

JAKARTA - Menjelang tahun pemilu 2024 beberapa saham pelat merah atau saham-saham dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mengalami kenaikkan ditambah momentum window dressing pada akhir tahun.

Sebagai informasi, investor bisa melihat kinerja indeks IDX BUMN20. Dimana indeks ini berisi 20 saham dari BUMN dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) beserta afiliasinya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu 15 November 2023. Sepanjang tahun 2023 atau secara year to date (ytd), indeks IDX BUMN20 mencatat return 1,71 persen, lebih tinggi dari return indeks LQ45 yang tercatat return sebesar 1,82 persen.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan saham-saham BUMN masih memiliki potensial upside sehingga memiliki prospek bisnis yang positif kedepannya, didorong stabilitas politik dan keamanan relatif terjaga dengan baik.

"Sehingga menciptakan situasi kondisif bagi para pelaku investor untuk dapat terus berinvestasi di tanah air, sehingga bisa mampu menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi," jelasnya kepada VOI, Rabu 15 November.

Menurut Nafan stabilitas politik dan keamanan menjadi kunci dalam pertumbuhan ekonomi, jika melihat secara historikal sejak pemilu tahun 2004 emiten BUMN dan khsusnya IHSG ditutup pada zona positif.

"Mestinya pada 2024 IHSG memiliki peluang yang bagus dan ditutup pada zona positif di 2023, apalagi ditopang oleh emiten-emiten BUMN terutama pada Bank Mandiri, BRI, BNI dan Telkom yang memiliki market cap yang kuat dan benefit yang bagus," ujarnya.

Nafan menilai dengan komitmen dari pemerintah dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan dalam rangka meningkatkan konektivitas akan dapat memberikan dampak positif pada emiten BUMN khususnya Perbankan, Infrastruktur dan Energi.

"Misalnya konektivitas saluran gas untuk PGAS dan emiten infrastruktur akan tetap terus dijalankan apalagi proyek IKN masih berlanjut karena sudah diamanatkan dalam undang-undang maupun juga PP jadi menurut saya masih ada prospek positif ke depannya," ujarnya.

Sementara, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menyampaikan pergerakan emiten-emiten BUMN khsusnya emiten BUMN Karya masih kurang prospektif lantaran masih memiliki beberapa bermasalah.

"Kalau BUMN itu tergantung sahamnya BUMN karya masih kurang prospektif karena bermasalah sehingga ada beberapa yang masih rugi besar dan masalah hutang juga cukup serius dimana masalah PKPU dll," jelasnya.

Arjun menilai para investor masih mengingat skandal BUMN terkait kasus dugaan korupsi, sehingga emiten BUMN karya perlu melakukan perubahan dan hal ini menjadi tantanggan yang sulit untuk calon presiden kedepanya.

Namun, Arjun menyampaikan pergerakan antara emiten BUMN Karya dan emiten BUMN Perbankan berbeda dimana BUMN Perbankan memiliki outlook positif lantaran memiliki fundamentals yang solid.

Selain itu, emiten BUMN Perbankan diproyeksikan memiliki pertumbuhan pada tahun depan sebesar 10 persen - 12 persen bahkan lebih tinggi dibandingkan tahun ini didorong adanya tahun politik.

Sementara, Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menilai secara umum sebelum tahun politik bursa saham cenderung bergerak datar atau melemah dan setelah selesai pemilu baru akan positif kembali.

Namun, Jono melihat dalam 5 tahun terakhir emiten BUMN seperti BBNI, BBRI, BMRI, PTBA dan TLKM cenderung menguat karena sentimen window dressing.

"Tetapi hal tersebut bukan jaminan bahwa pasti akan naik di akhir tahun," ujarnya.

Jono menyampaikan pada tahun depan emiten BUMN seperti sektor konstruksi dan semen dapat diperhatikan lantaran memiliki prospek yang baik didorong proyek dari IKN, dan ditambah dengan usaha untuk memperbaiki neraca keuangan.

Menurut Jono saham-saham konstruksi yang dapat dilirik oleh para investor seperti SMGR, JSMR, dan PTPP.

Arjun merekomendasikan beli untuk saham BBRI dengan target harga Rp5.750, BBNI dengan target harga Rp5.200, BRIS dengan target harga Rp1.710, dan BMRI dengan target harga Rp6.300.

Sedangkan, Nafan menilai saham TLKM masih menarik untuk dicermati dengan target harga di Rp3.800, ADHI dengan target harga Rp440 dan PTPP dengan target harga di Rp660.

Selanjutnya, BBNI dengan target harga Rp5.425, SMGR dengan target harga Rp7.100, WIKA dengan target harga Rp430, dan BMRI dengan target harga Rp6.200