Intip Beberapa Program Kementerian ESDM untuk Pengembangan EBT hingga 2060
Dirjen Gatrik Jisman Parada Hutajulu (Foto: Maria Trisnawati/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan sejumlah program pengembangan energi terbarukan sebagai strategi jangka panjang ketenagalistrikan nasional yang tercantum dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P Hutajulu dalam paparannya menyebutkan kebutuhan tenaga listrik di tahun 2024-2060 akan tumbuh rata-rata di kisaran 3,6 hingga 4,2 persen per tahun.

"Proyeksi kebutuhan tenaga listrik tersebut akan menentukan besaran kebutuhan tambahan pembangkit dan infrastruktur penyediaan tenaga listrik lainnya serta besaran emisi CO2," ujar Jisman dalam paparannya dalam acara pembukaan Enlit Asia 2023 di ICE BSD, Selasa, 14 November.

Untuk itu, kata dia, diuperlukan program pengembangan EBT antara lain pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang akan dikembangkan secara masif pada 2030 dan diikuti oleh Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) pada 2030.

"PLTS lebih banyak dikembangkan karena biaya modal yang relatif lebih rendah dengan pemanfaatan bendungan atau waduk PLTA, dengan konsep PLTS terapung sebagai solusi di tengah keterbatasan lahan di daratan," lanjut Jisman.

Adapun saat ini Indonesia memiliki 145 MW PLTS terapung di Cirata dan merupakan PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara. Ke depannya, pengembangan PLTS terapung di Indonesia dengan memanfaatkan bendungan atau waduk PLTA eksisting memiliki potensi sekitar 14 GW.

Kemudian pengembangan Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi (PLTP) yang secara berthap akan ditingkatkan menjadi 22 GW melalui pengembangan teknologi PLTP yang lebih modern dan pengembangan sistem panas bumi non konvensional lainnya.

Selanjutnya, lanjut Jisman, Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) akan dioptimalkan, untuk disalurkan ke pulau-pulau lain dimana pusat-pusat beban berada.

"Selain itu, PLTA juga akan membantu menjaga keseimbangan untuk pembangkit Energi Terbarukan yang sifatnya intermittent," imbuh Jisman.

Sementara itu, pengembangan tenaga nuklir (PLTN) akan menjadi komersial pada tahun 2039 untuk meningkatkan kehandalan sistem tenaga listrik.

"Kapasitasnya akan ditingkatkan hingga 31 GW pada tahun 2060," jelas Jisman.

Sedangkan hydro pump storage mulai dikembangkan pada tahun 2025, Sistem Penyimpanan Energi Baterai (Battery Energy Storage System/BESS) akan dikembangkan secara massif pada tahun 2034.

"Untuk Hidrogen dengan memanfaatkan Pembangkit EBT direncanakan akan mulai di produksi tahun 2031 untuk memenuhi kebutuhan transportasi dan industri," pungkas Jisman.