Lifting Minyak Makin Loyo, Ganjar Janji Mau Kebut EBT
Ganjar Pranowo. (Foto: Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo mengatakan, target lifting minyak yang terus menurun perlu disikapi dengan menyiapkan strategi baru di sektor energi.

Padahal, kata dia, pemerintah menargetkan produksi minyak hingga 1 juta barel minyak per hari (BOPD) pada tahun 2030.

Dengan capaian produksi yang terus menurun, Ganjar menuturkan perlu disikapi dengan alternatif Energi Baru Terbarukan (EBT) yang lebih memungkinkan untuk dilakukan.

"Ya tidak tercapai itu (lifting minyak). Maka baik juga kalau kita rencanakan sesuatu yang kira-kira bisa tercapai dengan memitigasi semua yang kita lakukan," ujar Ganjar kepada media, Rabu 8 November.

Dengan adanya Paris Agreement yang dibuat 2015 dan Protokol Kyoto, kata dia, banyak negara di dunia yang mulai menggenjot penggunaan energi hijau yang lebih bersih.

"Dunia saya kira, Protokol Kyoto atau Paris Agreement mendorong energi hijau, maka suka tidak suka, mau tidak mau, harus dilakukan," lanjut Ganjar yang merupakan eks Gubernur Jawa Tengah.

Ganjar menambahkan, tidak masalah jika RI masih ingin terus meningkatkan produksi minyak dalam negeri, namun dalam faktanya di lapangan masih jauh dari target.

"Kita mau meningkatkan itu boleh, tapi faktanya kita belum sampai situ, maka yang kedua harus jalan paralel, roadmap yang udah disiapkan udah cukup bagus. Itu laksanakan aja, tinggal kebutuhan bagaimana mempercepat dan menyiapkan teknologi yang lebih canggih," pungkas Ganjar.

Asal tahu saja, hingga 1 November 2023, realisasi produksi minyak RI baru mencapai 586.725 barel minyak per hari (BOPD).

Padahal pemerintah menargetkan produksi di tahun 2023 sebesar 622.662 BOPD.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, penurunan ini disebabkan banyak sumur minyak RI yang sudah memasuki usia tua sehingga cenderung mengalami penurunan produksi.

"Memang sumur kita susah tua, cenderungnya memang menurun. Minyak makin lama dipompa makin dalam dan juga campurannya dengan air makin banyak," ujar Arifin kepada media di Gedung Kementerian ESDM, Jumat, 3 November.

Arifin bilang, jika dulu saat dipompa 10 liter terdiri dari 1 liter air dan 9 liter minyak, sedangkan saat 5 liter dari 10 liter yang dipompa merupakan air.