Bagikan:

JAKARTA - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo buka suara mengenai keputusan Indonesia memilih China untuk menggarap perpanjangan proyek Kereta Cepat Jakarta Surabaya.

Hal ini karena pengalaman China menggarap Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Tiko, sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, Indonesia dan China telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan kajian bersama atau joint study terkait dengan proyek Kereta Cepat Jakarta Surabaya.

“Ya, karena kan mereka sudah membangun existing ya kita lihat nanti tentunya secara komersial China harus melihat apakah visibel atau enggak dan berapa project cost-nya. Jadi, kita kasih kesempatan mereka dan mereka tidak langsung bilang iya,” tutur Tiko kepada wartawan, ditulis Kamis, 2 November.

“Mereka sedang melakukan kajian tentunya kajian itu akan menentukan berapa projek cost-nya dan apakah secara komersial menguntungkan apa enggak,” sambungnya.

Kata Tiko, hingga saat ini belum ada kontraktor atau pembentukan konsorsium yang ditunjuk untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Surabaya.

Lebih lanjut, Tiko mengatakan bahwa keputusan terkait dengan kontraktor atau pembentukan konsorsium ini hasus menunggu kajian kelayakan untuk proyek tersebut.

“Kita belum bicara siapa perusahaannya, kita bicara dengan pihak pemerintah China melalui National Development and Reform Commission (NDRC),” ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan juga mengungkapkan sudah ada kesepakatan dengan China untuk meneruskan proyek perpanjangan kereta cepat hingga Surabaya.

“Pak Jokowi mau Kereta Cepat Jakarta Surabaya diterusin. Tadi saya dengar perjanjian dengan China juga jalan. Malah bunganya jauh lebih murah daripada bunga yang ditawarkan negara lain,” ujarnya dikutip dari akun instagram @luhut.pandjaitan, dikutip Selasa, 31 Oktober.

Luhut mengatakan, teknologi yang dimiliki China juga sudah dapat dibuktikan bisa mewujudkan Indonesia memiliki kereta cepat.

“Kita sudah buktikan dan kita sudah punya pengalaman. Kan ini masalah kunci pertama ini pembebasan tanah yang tidak jelas-jelas itu. Sekarang dengan kita punya pengalaman, we don’t have a problem anymore,” kata Luhut.