Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengampanyekan bahaya penggunaan timbal (Pb) dalam industri yang bersentuhan langsung dengan manusia dalam seminar nasional.

Seminar ini diinisiasi oleh PT Timah Industri yang merupakan bagian dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) bersama Asean Vinyl Council (AVC) yang disambut baik oleh Kemenkomarves.

Ketua Panitia Seminar Nasional Dirgahayu Maharestu mengatakan, seminar ini bertujuan untuk mengkampanyekan industri non timbal dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk nontimbal dalam menjaga kesehatan dan lingkungan.

"Semoga seminar nasional ini dapat menjadi langkah yang signifikan dalam mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi semua, kolaborasi industri dan pemerintah juga menjadi faktor pendukung yang penting untuk mewujudkan tujuan kita bersama," kata Dirgahayu dalam keterangannya kepada media, Rabu, 18 Oktober.

Ia menjelaskan, Timbal merupakan logam berat yang dapat memiliki efek negatif pada tubuh manusia.

Meluasnya penggunaan timbal oleh manusia telah memperburuk paparan dan bahaya yang ditimbulkan.

"Timbal telah terbukti memiliki efek buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan, terutama dalam air, tanah, dan udara. Seminar ini penting untuk mendorong penggunaan produk nontimbal sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan," lanjut Dirgahayu.

Ia menyampaikan jika penggunaan timbal di Indonesia masih banyak ditemui di berberapa produk dan industri, salah satunya aki, cat besi, dan cat dinding.

Produk pipa berbahan PolyCinyl Chloride (PVC) yang mengandung campuran timbal memiliki kemungkinan lepas dalam air.

"Kasus keracunan timbal secara global diperkirakan berdampak terhadap satu dari tiga anak. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 8 juta anak memiliki kadar timbal dalam darah di atas 5 mikogram per desiliter (μg/dL)," beber Dirgahayu.

Selain itu, Divisi Pediatri Lingkungan di New York University mencatat, paparan timbal di Indonesia menyebabkan kerugian sekitar 37,9 miliar dolar AS.

Maka dari itu, kata dia, kesadaran masyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan atas paparan timbal dan dampak ke lingkungan hidup serta kesehatan untuk mencegah kontaminasi timbal.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Inaplas Fajar Budiyono menyambut baik kampanye yang dilakukan Kemenko Marves untuk penggunaan nontimbal pada industri.

"Semoga hasil dari seminar kami mendapatkan hasil yang baik untuk keberlanjutan kesehatan dan lingkungan dengan mengadaptasi nontimbal pada industri yang menghasilkan produk bagi masyarakat," kata Fajar