JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, sektor perasuransian sebagai mekanisme pendukung dalam pengelolaan risiko mempunyai peran penting untuk mewujudkan ekonomi yang resilien dan mampu tumbuh berkelanjutan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan, peran sektor perasuransian sebagai investor institutional juga menjadi komponen penting untuk mendukung fungsi intermediasi dalam ekosistem perekonomian nasional dengan menyediakan kebutuhan pendanaan jangka panjang, termasuk di antaranya terkait proyek-proyek strategis nasional.
“Mekanisme perasuransian perlu dioptimalkan sebagai tools manajemen risiko, baik untuk risiko individu maupun risiko untuk usaha,” ujar dia mengutip Antara, Kamis, 12 Oktober.
Jika melihat kondisi selama pandemi COVID-19, pertumbuhan total aset perasuransian berada dalam trajektori positif dan meningkat 1,86 persen pada 2022.
Berdasarkan data OJK, total aset sektor perasuransian mencapai Rp875,17 triliun atau bertumbuh 1,56 persen secara year to date. Pihaknya mengharapkan pertumbuhan industri asuransi berada di kisaran 2,5 persen hingga akhir 2023.
Apabila melihat tingkat kesehatan sektor perasuransian, risk-based capital (RBC) masih terjaga di ambang batas minum RBC 120 persen.
“Namun demikian, OJK juga memperhatikan masih terdapat perusahaan asuransi yang masih di bawah 120 persen dan kami memonitor secara ketat melalui pengawasan khusus untuk industri-industri yang perlu direstrukturisasi,” ungkap Ogi.
Dalam kesempatan yang sama, dia menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia masih tetap kuat di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi dan politik dunia.
Pada kuartal II/2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,17 persen year on year dengan tingkat inflasi relatif rendah dan stabil.
BACA JUGA:
Beberapa organisasi dunia seperti Asian Development Bank (ADB) dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) merilis proyeksi ekonomi global dan kawasan Asia, di mana proyeksi pertumbuhan ekonomi global diperkirakan kembali turun.
Kendati begitu, kedua organisasi tersebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap stabil dan cenderung terkoreksi meningkat. OECD dan World Bank disebut telah mengeluarkan rilis berdasarkan data Oktober 2023, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berkisar 5 persen dan proyeksi 2024 juga masih tetap 4,9-5 persen.
“Sejalan dengan hal tersebut, kita tetap perlu memperhatikan downside risk yang mungkin terjadi ke depan, seperti inflasi yang persisten tinggi, sehingga berpotensi diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga dalam jangka panjang atau kita mengenal higher for longer,” katanya.