Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  serta kemandirian dan ketahanan industri nasional.

"Beberapa komoditas utama yang menjadi prioritas untuk dikembangkan antara lain Nikel, Alumunium, Tembaga, Timah, Besi, dan Emas-Perak," ujar Arifin dalam sambutannya pada Indonesia Mining Summit yang dikutip Rabu, 11 Oktober.

Pada kesemoatan tersebut Arifin mengungkap sejumlah rencana hilirisasi yang akan dilakukan pada beberapa jenis komoditas tersebut.

Untuk komoditas Nikel, dengan sumber daya sebesar 17,3 milliar ton dan cadangan 5,0 milliar ton, arifin menyebut hilirisasi dilakukan melalui 3 jalur industri nikel dari smelter (pirometalurgi) dan leaching (hidrometalurgi) yaitu stainless steel; powder mettalurgy and alloying; dan baterai lithium ion.

"Pada tahun 2022, produksi ferronickle sebesar 516,7 ribu ton, nickel matte sebesar 76 ribu ton, dan bijih nikel sebesar 106,3 juta ton," imbuh Arifin.

Sementara itu untuk komoditas bauksit, Indonesia memiliki sumber daya 6,21 milliar ton dan cadangan 3,1 milliar ton dan akan dilakukan pengembangan produk Smelter Grade Alumina ke industri aluminum seperti aluminum sheet, aluminum bar, align aluminium sheet untuk pabrik mobil dan konstruksi. Diketahui produksi bauksit pada tahun 2022 sebesar 31,8 juta ton.

Lalu untuk komoditas tembaga dengan sumber daya 15,8 milliar ton dan cadangan 3,0 milliar ton, akan dilakukan pengembangan industri Copper tube untuk pipa AC dan refrigerator ; Copper tip untuk ujung kabel; Copper busbar untuk panel kontrol, listrik; Copper sheet untuk mendukung industri baterai, wire dan kabel, serta pengembangan EBT dan EV.

"Pada tahun 2022 telah diproduksi Copper cathode sebesar 271 ribu ton," lanjut Arifin.

Kemudian komoditas timah memiliki sumber daya 7,4 milliar ton dan cadangan 6,9 milliar ton. Pemakai produk hilir mineral timah di luar solder atau tin chemical dapat tumbuh.

"Secara umum pemakai solder adalah pabrik elektronik, pabrik solder, pabrik mobil dan pabrik chips. Pemakai produk tin chemical adalah pabrik pipa PVC dan plastik kemasan makanan," beber Arifin.

Pada tahun 2022, produksi logam timah sebesar 56,1 ribu ton.

Sementara itu untuk komoditas besi, Indonesia memiliki sumber daya sebesar 7,4 milliar ton dan cadangan 1,7 milliar ton dan akan dilakukan pengembangan pengolahan besi yang diarahkan menjadi konsentrat, pellet, iron sand concentrate, dan direct reduction iron.

Arifin berpendapat investasi perlu dilakukan secara masif agar industri baja di Indonesia dapat memenuhi kebutuhan baja nasional yang diproyeksi akan terus meningkat semetara produksi konsentrat besi pada tahun 2022 sebesar 3,2 juta ton.

Terakhir, untuk komoditas emas dengan sumber daya 16,45 milliar ton dan cadangan 3,9 milliar ton, serta Perak yang memiliki sumber daya 10,55 milliar ton dan

cadangan 3,12 milliar ton, pengembangan industri hilirnya di arahkan ke teknologi, bank sentral, silver ware dan photography.

"Pada tahun 2022 produksi emas sebesar 105,4 ton, dan logam perak sebesar 443,9 ton," pungkas Arifin.