Bagikan:

JAKARTA - Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin mengatakan sudah tepat pemerintah menggelontorkan cadangan beras untuk masyarakat.

"Jadi kebijakan jangka pendek dengan menggelontorkan beras cadangan pemerintah sudah tepat," ujar Benjamin, di Medan, dikutip dari Antara, Sabtu 30 September.

Menurutnya, langkah pemerintah itu tak lepas dari negara pengekspor beras membatasinya, pada akhirnya harga beras global mengalami kenaikan.

"Saat ini inflasi dipicu oleh kenaikan biaya produksi, kenaikan harga pangan global, dan memburuk dari sisi pasokan baik dikarenakan penurunan produktifitas atau dipicu oleh gangguan cuaca," ujarnya pula.

Oleh karena itu, menurut Gunawan, ke depan pemerintah harus menambah luas areal tanaman untuk menambah pasokan pangan terutama di wilayah Sumut.

"Karena secara keseluruhan yang perlu dikendalikan adalah ketersediaan bahan pangan yang mampu dihasilkan pertanian di Sumut. Karena masalah inflasi belakangan ini dikarenakan oleh gangguan persediaan atau supply," ujarnya pula.

Pada sisi lain, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Provinsi Sumatera Utara menggelontorkan sebanyak 2,5 ton beras pada kegiatan pasar murah sebagai upaya mengendalikan harga komoditas itu yang cenderung bertahan mahal.

"Jadi, harga pangan beberapa hari ini masih relatif tinggi. Terutama harga beras, jadi kami sudah memanggil juga beberapa pemasok, penyalur untuk bekerja sama dalam pasar murah," ujar Kepala Disperindag Sumut Mulyadi Simatupang.

Mulyadi menjelaskan dalam beberapa pekan harga beras khususnya harga beras medium di sejumlah pasar Kota Medan mengalami kenaikan berada di atas harga acuan tertinggi (HET).

"Saat kemarin kami lakukan sidak di beberapa pasar, kami menemukan harga beras medium dijual Rp15.000/kg paling mahal, padahal kalau harga yang ditetapkan hanya Rp11.50/kg. Jadi pasar murah ini salah satu upaya untuk mengendalikan harga beras tersebut," kata Mulyadi pula.