Bagikan:

JAKARTA - Larangan TikTok shop melayani transaksi jual-beli membuat penjual online khawatir.

Pasalnya, dengan adanya aturan baru ini, mereka terancam akan kehilangan pelanggan.

Salah seorang pelaku usaha online Chacha meminta agar layanan TikTok Shop tetap ada.

Chacha mengaku, tak masalah harus beralih jika nantinya antara media sosial dan TikTok Shop dibedakan aplikasinya.

Hal ini disampaikannya kepada Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di Pusat Grosir Asemka, Jakarta Barat, Jumat, 29 September.

“Tolong ya pak, TikTok Shop jangan dong. Karena itu bahaya loh pak, gimana karyawan saya di rumah. Saya kan punya karyawan 10, kalau TikTok cuma sekadar dipisah e-commerce-nya enggak apa-apa. Kita nurut kok, kita ikut aturan pemerintah,” ujar Chacha.

“Tapi kalau informasinya kan mau dihapus, kita agak merugi lah. Karena kita punya karyawan di rumah 10,” sambungnya.

Chacha sendiri memiliki akun TikTok yang aktif digunakan untuk berjualan aksesoris dengan nama chachajkt.

Berdasarkan pantauan VOI, akun ini diikuti 73.800 pengikut.

Menanggapi permintaan Chacha, Zulkifli mengatakan, larangan TikTok Shop untuk melayani transaksi jual beli karena memang platform ini memegang izin sebagai media sosial.

Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan menambahkan, TikTok jika ingin melayani aktivitas perdagangan maka harus mengganti izin usahanya sebagai e-commerce.

“Kalau dia mau (menjadi) e-commerce, dia (izinnya) e-commerce saja. Kalau dia mau jadi social-commerce, dia social-commerce,” tutur Zulhas.

“Dia (TikTok) satu memborong semuanya. Enggak boleh diborong satu usaha semuanya (ada), enggak boleh,” sambung.

Zulhas pun menyarankan agar Chacha juga menjual produknya di e-commerce lain. Sehingga, tidak hanya bergantu kepada satu platform seperti TikTok Shop.

“Kan ada e-commerce (lain),” ucapnya.