JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia membeberkan bahwa anggaran di kementeriannya dengan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) terlalu kecil. Padahal, persoalan mengenai investasi dan UMKM terus disinggung dalam kampanye.
"Memang nasib saya dengan pak Teten beda-beda tipis pak. Pak Teten Rp1,4 triliun, saya Rp1,2 triliun. Ada ekor-ekornya," kata Menteri Investasi Bahlil dalam Rapat Kerja bersama Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, pada Senin, 4 September.
Adapun pagu anggaran Tahun Anggaran (TA) 2024 untuk Kementerian Investasi/BKPM mencapai sekitar Rp1,2 triliun, sementara Kemenkop UKM mendapatkan anggaran sebesar Rp1,4 triliun.
"Setiap kampanye baik Pileg ataupun Pilpres selalu berbicara tentang UMKM. UMKM selalu dibicarakan tentang pilih dalam rangka mendorong lapangan pekerjaan, tetapi kenapa uangnya Pak Teten cuma Rp1,4 triliun? Di satu sisi tiap hari kami bicara tentang hilirisasi, investasi, pelayanan, uangnya cuma dikasih Rp1,2 triliun," ujarnya.
Bahlil mengaku penasaran dengan skema perhitungan anggaran negara. Pasalnya, menurutnya anggaran dua kementerian ini tak sebanding dengan beban yang ditanggungnya. Dia berharap, bisa mempelajari skema penetapan anggaran ini demi menjawab rasa penasarannya.
"Beban dikasih tinggi, politik keuangannya tidak berbanding lurus dengan beban. Saya tidak tahu ada apa, saya kangenin juga belajar sistem keuangan yang dibangun. Ini mungkin ada teori baru," tuturnya.
Atas kondisi tersebut, Bahlil khawatir kalau apa yang ditargetkan olehnya ataupun yang dijanjikan oleh DPR kepada rakyat tak akan tercapai dan hanya menjadi kata-kata indah, seperti dalam kasus pengembangan Online Single Submission (OSS).
BACA JUGA:
"Ini semua akan menjadi tema-tema kata-kata indah saja, enggak bisa kami mewujudkan itu dengan baik. Pak Teten enggak mau ngomong tentang itu. Saya mewakili Pak Teten karena saya junior," ungkap Bahlil.
Dia bahkan mengeluarkan perumpamaan yang menyebutkan bahwa mungkin memang sudah nasib dirinya dan Menteri Teten sebagai pejabat di kementerian untuk mendapatkan anggaran yang kecil.
"Ya, nasib orang kampung jadi menteri begini, suka dikasih target besar, uangnya dikasih kecil, mungkin karena pak Teten dari kampung di Jawa Barat, saya juga dari Papua, jadi dibuat begini," jelasnya.
"Tapi, ini kan menguji integritas dan loyalitas kami ke publik sebenarnya, kami ini telah diuji. Jadi, sebenarnya yang cinta Republik ini tokoh-tokoh yang mau berjuang dari kampung, jadi menurut saya uang itu penting," pungkasnya.