JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengimbau industri dalam negeri untuk mewaspadai dampak dari melemahnya industri China. Hal ini dikarenakan China masih menjadi tujuan ekspor sekaligus sumber impor bahan baku industri Indonesia.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, kondisi pasar global akan mempengaruhi kinerja ekspor dengan porsi sebesar 30 persen dan sebesar 70 persen produk manufaktur diserap pasar domestik.
"Kan, bahan baku kami banyak dari China, China itu harus kami perhatikan, dampaknya besar, tetapi industri manufaktur kami itu lebih banyak ke dalam negeri," ujar Febri kepada wartawan di Gedung Kemenperin, Jakarta, pada Kamis, 31 Agustus.
Meski begitu, Febri menilai daya beli masyarakat masih terjaga. Hal ini sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di level optimis pada Juni 2023 sebesar 123,5.
"Kalau kami lihat optimisme industri masih akan tetap kuat. Kalau industri optimis, kan, produk-produk berarti tetap dibeli," kata Febri.
Pada Agustus 2023, lanjut Febri, secara umum pelaku usaha masih optimis memandang kondisi usaha selama enam bulan ke depan, dengan jumlah 66 persen.
BACA JUGA:
Mayoritas responden yang menjawab optimis menyampaikan keyakinannya akan kondisi pasar pasar yang akan membaik, dan kepercayaan karena kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik.
Adapun sebanyak 24,8 persen pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya stabil selama enam bulan ke depan, dan 9,2 persen pelaku usaha menyatakan pesimis terhadap kondisi usaha dalam 6 bulan ke depan.
"Tingkat pesimisme pelaku usaha selalu di bawah 10 persen selama lima periode terakhir," imbuhnya.