Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa arah kebijakan ke depan akan difokuskan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa dalam kebijakan moneter, bank sentral memandang interest rate yang ada saat ini telah mencukupi.

“Kebijakan moneter masih kami arahkan untuk pro-stability. Suku bunga BI rate kami pertahankan 5,75 persen karena memang mitigasi global yang masih belum menentu sehingga kami berfokus pada stabilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya saat hadir dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Kamis, 31 Agustus.

Menurut Perry, langkah mempertahankan BI7DDR di level 5,75 persen juga untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3 persen plus minus 1 persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024.

“Bank Indonesia akan pula melakukan intervensi di pasar valas dengan fokus transaksi spot dan domestic non-deliverable forward (DNDF),” tuturnya.

Kemudian juga penerbitan SRBI sebagai instrumen yang pro-market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar yang bisa menarik investor dan aliran modal.

“Ini dilakukan dengan optimalisasi SBN yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying-nya,” kata Perry.

VOI mencatat, BI sudah mempertahankan suku bunga acuan 5,75 persen selama tujuh bulan berturut-turut. Adapun, terakhir kali Bank Indonesia mengerek suku bunga yakni pada Januari 2023 sebesar 25 basis points (bps) dari 5,50 persen menjadi 5,75 persen.