JAKARTA - Merck, perusahaan sains dan teknologi terkemuka, kembali menyelenggarakan Merck Young Scientist Award (MYSA) 2023 yang telah diselenggarakan sejak tahun 2018. Tahun ini, Merck berkolaborasi dengan Organisasi Riset Ilmu Hayati dan Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Gadjah Mada yang juga berperan selaku dewan juri untuk memberikan penilaian yang optimal terhadap para peserta.
MYSA bertujuan untuk mengajak para ilmuwan muda untuk berdiskusi bersama, berbagi ide, mengembangkan penelitian ilmiah, dan berkolaborasi untuk menciptakan terobosan baru sekaligus juga untuk menghargai dedikasi para ilmuwan dalam menciptakan solusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia.
“Di era yang sudah serba modern, pengetahuan dan inovasi merupakan kunci terciptanya perubahan sosial, pembangunan sosial-ekonomi berkelanjutan, serta mendorong kemajuan global. Sebagai perusahaan sains dan teknologi dengan bisnis Life Science, kami berkolaborasi dengan para ilmuwan sains secara global untuk menghadirkan inovasi yang terdepan, dan Merck terus berkomitmen mendukung dan mendorong para ilmuwan muda, termasuk yang berada di Indonesia, untuk melakukan riset dan mengembangkan pengobatan inovatif untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di masa kini dan mendatang,” ujar Presiden Direktur PT Merck Chemicals and Life Sciences, Bruno A. Mateus, dalam keterangannya, Sabtu 26 Agustus.
Ajang ini terbuka untuk seluruh ilmuwan warga negara Indonesia, baik ilmuwan profesional, mahasiswa pascasarjana dan ilmuwan dari universitas, ilmuwan dari institusi swasta dan negara, hingga ilmuwan di rumah sakit yang berusia maksimal 40 tahun pada akhir Desember 2023.
Kualifikasi penelitian mencakup pengembangan produk dan pengetahuan dalam sektor pertanian, kesehatan, dan lingkungan yang telah dikaji dalam uji laboratorium. Pendaftaran dilakukan secara online pada 9 Agustus 2023 hingga 29 September 2023, dengan mengirimkan proposal penelitian ilmiah ke www.SigmaAldrich.ID/MYSA2023.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang ilmu hayati khususnya bioteknologi dalam pemanfaatan biodiversitas di era global ini berjalan dengan sangat cepat. Vaksin, obat, material maju dan produk industri strategis di negara-negara maju sekarang semuanya dapat diproduksi hanya berbasis data, yaitu data genom dan protein.
Di era data mining dalam ilmu pengetahuan dan teknologi bidang hayati ini menuntut penguasaan teknologi kunci dalam bidang rekayasa genetika dengan bantuan multidisiplin ilmu lainnya termasuk teknologi digital dan artificial intelligence. Di sinilah peran talenta-talenta periset muda di Indonesia sangat dibutuhkan untuk menjawab berbagai tantangan khususnya dalam bidang ilmu hayati, kesehatan dan keilmuan terkait.
Pandemi COVID-19 telah memberikan pengalaman yang pahit bagi para periset di Indonesia sekaligus sangat berharga, dimana kita telah ditunjukkan bahwa gap penguasaan teknologi khususnya dalam ilmu hayati, bioteknologi dan kesehatan cukup jauh tertinggal.
Iman Hidayat, Ph.D., Kepala Organisasi Riset Ilmu Hayati dan Lingkungan BRIN mengatakan, pemerintah Indonesia melalui BRIN bertekad untuk menciptakan ekosistem riset dan inovasi nasional yang mampu memunculkan, memupuk dan mengembangkan potensi periset-periset muda nasional untuk bisa memiliki kompetensi yang bisa bersaing secara global dan mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang mampu menjadi pengungkit daya saing industri nasional dan mengakselerasi pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Sebagai hub kolaborator kegiatan ilmiah, BRIN terus berkomitmen untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk mitra swasta untuk bersama-sama membangun ekosistem riset dan inovasi yang dapat mendukung terciptanya talenta terbaik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
BACA JUGA:
“Untuk itu, kami sangat menyambut baik kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak, seperti dukungan yang dilakukan Merck melalui ajang Merck Young Scientist Award yang diharapkan dapat mengidentifikasi dan melahirkan talenta inovator atau ilmuwan muda terbaik di Indonesia untuk mempercepat akselerasi riset dan inovasi di Indonesia. Kami sangat menantikan untuk dapat melihat hasil karya ilmiah dari para ilmuwan muda Indonesia dalam menciptakan gelombang baru inovasi dan ide yang dapat mengubah kehidupan,” jelasnya.
MYSA 2023 akan berfokus pada 5 tema besar yaitu penelitian terkait penyakit infeksi (Infectious Diseases), riset tentang kanker (Cancer Research), ilmu kedokteran (Medical Science), proses untuk menemukan kandidat obat baru (Drug discovery), dan sintesis Kimia Industri & Hijau (Industrial & Green Chemical Synthesis). Masing-masing penelitian harus mengandung salah satu kriteria metode riset yang sudah ditentukan dan dilakukan di Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
“Tahun ini, kami berfokus pada pengembangan pengobatan inovatif berkelanjutan. Kami percaya bahwa para ilmuan muda memainkan peran kunci dalam memajukan bidang kesehatan dan sains. Sebab, generasi muda adalah corong utama dalam keberlangsungan penelitian ilmiah, dan kami meyakini bahwa perspektif baru dan pengetahuan yang mereka miliki mampu membentuk masa depan yang lebih cerah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia,” tutup Bruno A. Mateus.