JAKARTA - Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengungkapkan, memasuki pertengahan bulan Agustus belanja masyarakat telah memasuki fase yang relatif stabil setelah normalisasi pasca-lebaran dan Idulfitri.
Hingga 13 Agustus 2023, Mandiri Spending Index (MSI) mencatatkan angka 164,4 yang menunjukkan bahwa belanja masyrakat tumbuh 64,4 persen dibandingkan periode sebelum pandemi
"Per bulan Juli belanja masyarakat tumbuh 31,8 persen dibandingkan periode yang sama di 2022," ujar Yudo dalam Media Gathering & Presentasi Macroeconomic Outlook Bank Mandiri, Selasa, 22 Agustus.
Diketahui, nilai belanja masyarakat di bulan Juli 2023 mencatatkan angka 168,1.
Menurutnya, hingga Agustus sebetulnya fase belanja masyarakat sudah masuk dalam fase sustain consumption dan hingga 2024 nanti diprediksikan belanja masyarakat akan terus meningkat signifikan.
Meskipun libur sekolah telah berakhir, lanjutnya, Mandiri Institute masih melihat adanya akselerasi belanja di beberapa pulau di Indonesia yakni di Kalimantan, Maluku-Papua, Sumatera dan Bali-Nusa Tenggara mencatatkan percepatan belanja di bulan Agustus ini.
Sementara itu, perlambatan belanja terjadi di Jawa dan Sulawesi.
Kemudian dalam hal komposisi belanja, lanjut Yudo, seluruh kategori belanja hingga pertengahan Agustus ini mengalami normalisasi, kecuali elektronik dan perlengkapan rumah tangga yang terus meningkat.
Secara bulanan, belanja terkait dengan perlengkapan rumah tangga di bulan Juli mencapai level 117,6 atau tumbuh sekitar 10,01 persen dibandingkan Juli 2022.
"Pertumbuhan yang solid dalam belanja terkait perlengkapan rumah tangga yang terjadi sejak Mei 2023 menunjukkan optimisme konsumen yang kuat," imbuh Yudo.
Adapun belanja berdasarkan secara kelompok pendapatan, Yudo mengatakan jika belanja masyarakat dari kelompok terbawah atau konsumen dengan saldo tabungan di bawah Rp1 juta terus meningkat.
Hingga 13 Agustus, MSI dari kelompok ini mencapai 196,8.
BACA JUGA:
Sementara itu, kelompok menengah atau mereka dengan saldo tabungan Rp1 juta hingga Rp10 juta relatif stabil dan berada pada kisaran 185,7.
"Secara umum kenaikan belanja masyarakat kelompok bawah lebih banyak ditopang oleh tabungan mereka. Data menunjukkan bahwa indeks DPK dari kelompok bawah terus menurun sementara belanja mereka terus meningkat," pungkas Yudo.