JAKARTA - Kalangan dunia usaha sempat memperkirakan perputaran uang selama libur Lebaran 2023 atau Idulfitri 1444 Hijriah mencapai Rp92,3 triliun. Perputaran uang tersebut diharapkan akan menggerakkan perekonomian daerah dan meningkatkan produktivitas berbagai sektor usaha.
Hal tersebut dihitung dari jumlah pemudik yang mencapai 123,8 juta orang atau setara dengan 30.752.000 keluarga.
Merespons hal tersebut, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyebut, perputaran ekonomi pascalebaran cenderung masuk fase normalisasi, meskipun konsumsi rumah tangga tumbuh lebih lambat.
"Ini wajar, karena faktor musiman pascalebaran tidak ada event besar yang mendorong belanja," kata Bhima saat dihubungi VOI, Kamis, 27 April.
Bhima menyebut, momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang bisa menghasilkan pergerakan ekonomi lebih tinggi dibandingkan Lebaran.
"(Pergerakan ekonomi lebih tinggi) baru nanti di Desember, ada Natal dan Tahun Baru," ujarnya.
Untuk sampai ke momen tersebut, kata Bhima, pemerintah perlu melakukan sejumlah langkah, salah satunya dengan mempertahankan tingkat belanja masyarakat.
BACA JUGA:
"Sekarang, untuk mempertahankan tingkat belanja masyarakat, pemerintah perlu lebih tekan inflasi, khususnya pangan. Ada ancaman El-Nino yang cukup serius dan berujung pada perlambatan di produksi sektor pertanian dan perikanan," ungkap Bhima.
"Kalau inflasi dan dampak el nino bisa dimitigasi, setidaknya konsumsi bisa tumbuh 4,5-4,8 persen di kuartal ke III 2023," pungkasnya.