JAKARTA – Sejumlah tempat wisata populer di Jabotabek pada momen libur panjang Iduladha 2023 dipadati pengunjung. Semisal di kawasan wisata Ancol Taman Impian, Jakarta Utara. Pada 29 Juni saja, total pengunjung mencapai lebih dari 50 ribu orang.
Lalu, pada 30 Juni 2023 sekiranya hingga pukul 13.00 WIB, pengunjung sudah mencapai 22 ribu orang. Jumlah ini, menurut Head of Corporate Communications PT Pembangunan Jaya Ancol, Ariyadi Eko Nugroho, kemungkinan besar terus meningkat hingga malam hari dan akan berlanjut hingga puncaknya pada 1 Juli 2023.
“Secara jumlah memang terjadi peningkatan dibanding dengan libur di hari biasa,” kata Eko saat dikonfirmasi.
Begitu pula dengan Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Jumlah pengunjung terus meningkat dari hanya sekitar 5.000 pada 28 Juni 2023, hingga mencapai lebih dari 17 ribu pengunjung pada 29 Juni 2023.
“Hari ini saja per pukul 12.00 WIB, tercatat sudah lebih dari 20 ribu pengunjung yang memasuki Ragunan,” kata Kepala Humas Taman Margasatwa Ragunan (TMR) Bambang Wahyudi pada 30 Juni 2023.
Tak jauh berbeda dengan kawasan Puncak, Bogor. Volume kendaraan yang masuk ke kawasan Puncak meningkat sejak hari pertama liburan meski belum signifikan. Hingga Jumat pagi, 30 Juni 2023, tercatat sudah ada lebih dari 39 ribu kendaraan.
Kondisi yang sama juga terjadi di tempat-tempat wisata populer Indonesia, seperti Bali dan Yogyakarta. Ini menandakan masyarakat benar-benar memanfaatkan momen liburan. Sehingga, keputusan pemerintah menambah jadwal cuti bersama pada momen Iduladha tahun ini sangat tepat.
Pergerakan masyarakat yang disertai dengan aktivitas konsumsi yang besar tentu akan menggerakkan laju perekonomian.
Contoh ketika momen libur Lebaran Idulfitri. Bila merujuk hasil riset Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif pada 19-25 April 2023, rata-rata pengeluaran masyarakat pada momen ini mencapai Rp2.708.735. Dari Pengeluaran terbesar digunakan untuk transportasi (23,4 persen), akomodasi (22 persen), kuliner (20 persen), dan suvenir, cenderamata, fesyen, serta kriya (14 persen).
Kondisinya pun sama, sektor-sektor yang tercantum dalam hasil riset tersebut juga akan mengalami peningkatan pada momen libur Iduladha tahun ini.
Kendati begitu, kata Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, peningkatannya tentu berbeda.
Pada Idulfitri, ada tradisi mudik dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang mampu mendorong peredaran uang secara masif di daerah.
BACA JUGA:
"Kali ini, libur Iduladha lebih bersifat lokal atau dampaknya cenderung di sekitar Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), baru disusul destinasi wisata seperti Yogyakarta dan Bali," papar Direktur Celios dalam keterangannya pada Jumat 30 Juni 2023.
Bhima memproyeksikan perputaran uang selama periode libur Iduladha hanya sekitar 40-50 persen dari libur Idulfitri atau sekitar Rp120 triliun.
“Pemulihan mobilitas masyarakat pasca pandemi dan belanja rekreasi yang naik, tentunya diharapkan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi kuartal kedua di kisaran 5 persen year on year," ucapnya.
Belum Kembali Normal
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti yang tertulis dalam laporan Indonesia Economic Outlook Q2-2023 bertajuk “Back to the Old Normal” pada Mei 2023, perlahan mulai ternormalisasi. Ini tampak dari tingkat konsumsi, investasi, serta aspek-aspek lainnya yang sudah kembali normal.
Namun, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 diperkirakan belum akan kembali seutuhnya ke kondisi prapandemi. Bahkan kemungkinan melambat
Menurut Kepala Ekonom HSBC Global Research untuk India dan Indonesia, Pranjul Bhandari dalam sesi diskusi dengan media di Jakarta pada Mei lalu, ada empat faktor yang menjadi penyebab.
Pertama, kondisi ekonomi global belum kembali stabil saat ini. Kedua, berlanjutnya kebijakan pengetatan moneter di negara-negara maju, seperti potensi risiko gagal bayar utang Amerika Serikat.
Ketiga, kebijakan fiskal yang lebih ketat seiring dengan upaya pemerintah menekan utang dan mengembalikan target defisit APBN ke bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Keempat, faktor ketidakpastian politik menjelang Pemilu 2024 yang bisa mendorong keraguan investor.
Seperti yang sudah diberitakan Harian Kompas, Pranjul memprediksi, investor pada tahun politik lazimnya memilih menunggu sampai ketidakpastian politik berakhir dan pemerintahan yang baru terbentuk. Investor juga akan menanti arah kebijakan ekonomi rezim yang baru sebelum memutuskan untuk menanamkan modal dan mengekspansi bisnisnya.
Meski melambat, investasi tidak akan turun secara dramatis. Langkah reformasi struktural yang dilakukan pemerintah akan membantu meredam dampak ketidakpastian.
“Apalagi, Indonesia masih memiliki sektor-sektor baru yang menjanjikan, seperti industri logam dasar dan hilirisasi nikel yang diperkirakan akan tetap tumbuh di tengah gejolak ekonomi global,” ucapnya.