Dua Bulan Pasca Pemerintah Setop EKspor Bauksit, ESDM Ungkap Pembangunan Smelter Mandek
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif  (foto: DokMaria Trisnawati/voi.id)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian ENergi dan SUmber Daya Mineral (ESDM) melalui Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif, mengatakan jika dua bulan setelah pemerintah menutup keran ekspor bauksit, pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter masih mandek.

"Masih (mandek). Masih kita ikuti perkembangannya," ujar Irwandy kepada wartawan yang dikutip Sabtu 19 Agustus.

Irwandy berharap dengan adanya pelarangan eksor ini perusahaan dapat mempercepat pembangunan smelter sebab penghentian ekspor ini sudah dilakukan sejak 11 Juni 2023.

"Mudah-mudahan dengan pelarangan ini yang tadinya tidak dilaksanakan mereka akan ada upaya-upaya ke sana," imbuh Irwandy.

Irwandy juga mengtaakan jika pemerintah akan membuka opsi menyerahkan pembanguan smelter akan dlakukan oleh industri yang berminat jika tidak ada keseriusan dari pengusaha yang saat ini membangun smelter bauksit.

Lebih jauh ia menjabarkan jika saat ini sudah terdapat empat smelter bauksit yang sudah beroperasi dan bisa memproduksi dari alumina ke aluminium. "Sekarang ini kan produksinya 250ribu ton, nanti kalau yang baru ada jadi 500 ribu, jadi 750 ribu, sedangkan kebutuhan alumunium kita sudah 1 juta ton," lanjut Irwandy.

Terkait klaim penghentian ekspor yang berdampak pada penutupan tambang bauksit, Irwandy memastikan jika hal tersebut tidak terjadi.

"Sampai sekarang saya masih melakukan pendataan kira-kira produksinya ya, tapi pasti tidak akan sampai 27 juta ton per tahun lagi, pemetaan itu sedang kami lakukan," ujar Irwandy.

Sebelumnya pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi melarang ekspor bauksit per hari ini, Sabtu 10 Juni 2023. Hal ini sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo yang memerintahkan penyetopan ekspor mineral mentah pada 2022 silam.

Dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI pada 24 Mei yang lalu Arifin mengatakan pemberian izin ekspor untuk bauksit belum dapat dilakukan karena progres pembangunan smelter yang berjalan lambat.

Arifin mengungkapkan dari rencana pembangunan 12 smelter bauksit di Indonesia, baru ada empat smelter di antaranya sudah beroperasi. Sementara delapan smelter masih dalam tahap pembangunan.

"Namun berdasarkan peninjauan di lapangan terdapat perbedaan yang sangat signifikan dengan hasil verifikator independen," Kata Arifin dalam RDP dengan Komisi VII pada Rabu, 24 Mei 2023.

Adapun keempat smelter yang telah beroperasi yakni PT Indonesia Chemical Alumina, PT Bintan Alumina Indonesia, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. dan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (Ekspansi).

Sedangkan dari 8 smelter yang harus dibangun, tujuh lokasi diantaranya masih berupa tanah kosong. Hal ini tidak sesuai dengan verifikasi yang menyatakan beberapa smelter sudah berprogres di atas 50 persen.