JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut sinergi antara badan usaha milik negara (BUMN) dan swasta merupakan kunci pertumbuhan ekonomi inklusif.
"Dengan adanya hubungan yang saling berkesinambungan dan inklusif antara pemerintah, BUMN, dan swasta tentu akan berkontribusi dengan signifikan dalam peningkatan taraf ekonomi dan aktivitas ekonomi bangsa," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid dalam sambutannya saat acara Forum Sinergi BUMN-Swasta yang diselenggarakan Kadin Indonesia, di Jakarta, dikutip dari Antara, Senin 14 Agustus.
Sinergi sektor swasta dan BUMN serta pemerintah memiliki peranan penting dalam mendorong inklusivitas dan keberlanjutan pembangunan Indonesia terutama dalam mencapai target Indonesia Emas 2045.
Arsjad mengatakan forum yang mengangkat tema "Kolaborasi untuk Pembangunan Inklusif" itu diharapkan dapat memperkuat komitmen seluruh pihak dan bersama-sama mendorong pertumbuhan ekonomi yang solid.
Kendati demikian, ia mengakui ada beberapa tantangan dalam mewujudkan sinergi antara BUMN dan sektor swasta tersebut.
"Kadin Indonesia, sebagai perwakilan pengusaha di seluruh wilayah Indonesia, perusahaan swasta, dan BUMN mencatat beberapa tantangan sinergi berdasarkan masukan dari anggota Kadin di pusat ataupun di daerah. Di antaranya bersaing, alih-alih bersinergi," ujar Arsjad.
Menurutnya, swasta dan BUMN sejauh ini lebih banyak bermain di medan yang sama, yaitu sektor-sektor yang sudah berkembang sehingga yang terjadi justru saling bersaing dibandingkan berkolaborasi, khususnya di daerah.
"Proyek yang kurang profitable, sehingga proyek-proyek sinergi BUMN dengan swasta masih belum memenuhi prinsip-prinsip ekonomi, dalam arti tidak memberikan keuntungan komersial, persyaratan yang memberatkan, dan kurangnya insentif. Sejumlah proyek kerja sama swasta mensyaratkan penyertaan modal yang memberatkan pihak swasta serta masih kurangnya insentif dalam bentuk dukungan permodalan dari bank-bank BUMN bagi proyek-proyek kerja sama swasta dan BUMN," ujarnya pula.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan ke depan masih terpampang tantangan yang signifikan, mulai dari harga pangan dan energi yang masih tinggi, peningkatan risiko geopolitik, kebijakan moneter yang ketat dan agresif oleh sebagian besar bank sentral di dunia hingga risiko lain di sistem keuangan global.
"Melihat tantangan ini, maka optimalisasi kolaborasi harus terus terjalin agar seluruh pihak dapat menjalankan dan mengembangkan demokrasi ekonomi secara sinergis. BUMN dalam hal ini harus menjadi pelopor dalam sektor-sektor yang belum diminati oleh usaha swasta dan membantu pengembangan ekonomi masyarakat," ujar Arsjad.
Dalam sambutannya, Menteri BUMN Erick Thohir memaparkan transformasi BUMN dalam beberapa tahun terakhir terus mendorong kinerja BUMN yang semakin solid. Sebagaimana tercermin pada pertumbuhan laba BUMN pada 2022 sebesar Rp250 triliun (mengeluarkan laba one-off restrukturisasi Garuda), tumbuh 100 persen dari laba pada 2021 sebesar Rp125 triliun.
Peningkatan itu, kata Erick, berdampak pada peningkatan kontribusi BUMN terhadap Indonesia, tercermin dari komitmen kontribusi dividen yang telah menyentuh Rp80,6 triliun, kontribusi terhadap pajak sebesar Rp278 triliun, dan kapitalisasi pasar BUMN yang terus naik hingga Rp2.201 triliun pada 2022.
BACA JUGA:
"Selain itu, BUMN yang punya peran sebagai agen pembangunan juga mengerjakan proyek-proyek strategis nasional yang dampaknya dapat dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat. Namun, kami tidak bisa berpuas diri, oleh karena itu untuk meningkatkan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia, BUMN perlu mengoptimalkan sinergi dengan swasta termasuk UMKM, dengan memanfaatkan kekuatan dan memitigasi kelemahan masing-masing," kata Erick.
Apalagi, kolaborasi yang kuat antara BUMN dan swasta telah terbukti motor penggerak utama dalam memajukan ekonomi masyarakat. Melalui kerja sama yang sinergis dan terarah, BUMN dan sektor swasta mampu menciptakan dampak positif yang berkelanjutan, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan nasional.
"Kombinasi pengalaman jangka panjang BUMN dalam mengelola aset publik dengan fleksibilitas dan inovasi sektor swasta membawa dampak positif pada pelayanan publik dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, kolaborasi ini juga mendorong transfer pengetahuan dan teknologi, memperkuat kapabilitas lokal dan mempromosikan pertumbuhan industri nasional yang lebih mandiri," ujar Erick lagi.