Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut jika wacana ekspor pasir silika atau pasir kuarsa masih berupa wacana.

Asal tahu saja, komponen bahan baku pembuatan panel surya.

"Masih wacana. Tapi kita melihat ketersediaan sumber potensi kita," ujar Arifin yang dikutip Senin, 7 Agustus.

Arifin menambahkan, saat ini pihaknya masih meninjau lebih dalam potensi pasir kuarsa di Indonesia. Ia mencontoh, perhitungan untuk menghasilkan 1 meter persegi solar PV membutuhkan berapa kilogram pasir silica.

Sebagaimana diketahui jika Indonesia memiliki rencana mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 300 hingga 400 gigawatt (GW) sehingga masih harus mendorong pembangunan fasilitas pabrik panel surya.

"Nah, ini cukup apa enggak (potensi pasir silica)? Tapi yang pertama kita harus upayakan bangun dulu manufacturing facilitiesnya," lanjut Arifin.

Dengan harga pasir kuarsa yang masih terbilang murah, lanjut Arifin, memang diperlukan industri pengolahan agar dapat meningkatkan harga jual sehingga menguntungkan Indonesia.

"Kalau bikin solar pv itu berapa? Mahal kan? Nah itu yang harus kita pertimbangkan ke depan," pungkas Arifin.

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membuka opsi Indonesia untuk menyetop keran ekspor pasir kuarsa ke luar negeri demi meningkatkan nilai tambah pasir kuarsa yang merupakann bahan baku utama untuk membangun kaca dan panel surya.

"Kita ingin pasir kuarsa ini juga dikelola, dan tidak menutup kemungkinan ke depan kita juga mempertimbangkan untuk, ya kita larang ekspor juga. Terserah orang mau protes kita, ya protes saja. Masak negara kita nggak boleh maju-maju," kata Bahlil.