Bagikan:

JAKARTA - Pengamat Pertanian sekaligus pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, bantuan sosial (bansos) beras yang diberikan oleh pemerintah telah membantu masyarakat dalam menjaga daya beli, agar tetap terkendali.

Menurut dia, dengan bansos beras 10 kg ke setiap keluarga penerima manfaat (KPM), hal tersebut mampu menekan harga karena mereka tak perlu lagi membeli beras ke pasar dan bisa menggunakan uangnya untuk membeli pangan lainnya.

"Dengan cara ini, mereka bisa mempertahankan kualitas konsumsinya," kata Khudori saat dihubungi VOI, Kamis, 3 Agustus.

Dia mengatakan, fluktuasi harga beras saat beras dikucurkan selama empat bulan (Maret-Juni 2023), harga beras relatif stabil. Jika ada pergerakan pun, lanjutnya, harga relatif kecil. Sehingga dampak beras pada inflasi pun menurun.

Khudori pun menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Menurutnya, ketika sebanyak 21,35 juta KPM tidak membeli beras ke pasar, ini membuat tekanan harga di pasar menurun dan harga beras relatif stabil.

"Suplai beras bansos sebesar 213.500 ton per bulan itu juga berpengaruh dari sisi suplai. Dengan volume yang besar, beras bansos mempengaruhi harga beras di pasar dari sisi penawaran," ujarnya.

Lebih lanjut, kata Khudori, saat bansos disalurkan, beras yang dikeluarkan lewat operasi pasar atau disebut Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) volumenya kecil.

Dia menilai, hal ini terjadi bukan karena adanya bansos beras, melainkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Bulog yang mengubah skema penyalurannya, dari semula ke pasar umum kini hanya ke ritel saja.

Meski begitu, Khudori pun mewanti-wanti pemerintah untuk tetap bisa menjaga ketersediaan beras. Pasalnya, stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang saat ini diberikan untuk bansos, pengadaannya dari dalam negeri terbatas.

"Yang penting, pemerintah harus memastikan volume impor beras terukur dan waktu kedatangannya tepat, agar tidak menimbulkan mudarat," pungkasnya.

Sekadar informasi, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, Perum Bulog telah mengamankan stok beras sebanyak 1,3 juta ton per 2 Agustus 2023.

"Bapak Presiden meminta Bulog meningkatkan stoknya dari yang sudah di-secured sebanyak 1,3 juta ton dengan target serapan 2,4 juta ton sampai dengan akhir 2023," ujar Arief dalam keterangan resmi, Rabu, 3 Agustus.

Arief juga menyebut, Perum Bulog telah menyalurkan beras lebih dari 1,34 juta ton untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan serta bantuan pangan untuk masyarakat berpendapatan rendah.

Adapun bantuan pangan beras periode 3 bulan pertama sampai dengan akhir Juli 2023 sebanyak 640.000 ton telah selesai digelontorkan untuk 21,353 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).