Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengenalkan inovasi teknologi berwawasan lingkungan dalam pemberdayaan industri kecil dan menengah (IKM) kepada para delegasi organisasi kawasan Asia-Pasifik Colombo Plan.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita menyebut, pengenalan dan pelatihan dilakukan melalui kegiatan knowledge sharing yang digelar dalam rangka Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KTSST) pada sektor IKM.

"Dalam kerja sama ini, telah diselenggarakan acara knowledge sharing ke-8 di Semarang, Jawa Tengah, pada 2-10 Juli 2023, dengan fokus pada pemberdayaan industri kecil yang berorientasi lingkungan dan berkelanjutan," ujar Reni dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 14 Juli.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh 20 orang delegasi dari 10 negara, yang meliputi perwakilan Indonesia, Malaysia, Filipina, Bangladesh, Laos, Maldives, Nepal, Pakistan, Saudi Arabia, dan Sri Lanka.

Mengangkat tema The Empowerment of Small and Medium Industry through Sustainable and Environmental Approach, para peserta dalam program tersebut mendapatkan informasi tentang pemberdayaan bisnis kecil dan menengah menggunakan strategi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan guna mencapai kondisi ideal bisnis yang menguntungkan dan bertanggung jawab yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga ramah lingkungan.

"Kami mengharapkan bahwa program ini akan terus berperan dalam memperkuat KSST dan negara-negara anggota Colombo Plan, serta mendukung pemulihan ekonomi dunia dengan tetap berpegang pada prinsip industri kecil berwawasan lingkungan," kata Reni.

Sementara itu, Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kemensetneg Noviyanti mengatakan, kegiatan knowledge sharing tersebut menunjukkan komitmen Pemerintah Indonesia untuk membagikan pengalamannya dalam pengembangan IKM dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

"Kegiatan ini diharapkan dapat merangsang partisipasi aktif para peserta dalam setiap sesi kegiatan dan menjadi wadah berbagi pengalaman dari masing-masing negara, khususnya dalam pengembangan IKM yang berfokus pada lingkungan, inklusivitas, dan keberlanjutan," ucap dia.

Dalam rangkaian agenda knowledge sharing tersebut, Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Pencegahan Pencemaran Industri (BBSPJPPI) Semarang, salah satu unit kerja di lingkungan Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, menjadi salah satu lokasi kunjungan lapangan.

BBSPJPPI pun menyambut para peserta dengan serangkaian acara, seperti peragaan Adaptive Monitoring System (AiMS) sebagai teknologi 4.0 untuk industri berkelanjutan serta demo jasa layanan pengujian untuk pemantauan lingkungan.

Satuan kerja di Kemenperin itu menekankan pentingnya inovasi dalam penyediaan layanan, terutama modernisasi alat laboratorium yang mampu diintegrasikan dengan sistem IoT, sehingga mendapatkan hasil yang lebih cepat dan akurat.

BBSPJPPI juga menerapkan Sistem Informasi Digital Terintegrasi BBSPJPPI (SINDII) yang menggerakkan proses layanan secara digital dari titik pelanggan, proses layanan, hingga hasil akhir diterima pelanggan kembali.

Di sisi lain, Adaptive Monitoring System (AiMS) merupakan produk buatan dalam negeri yang telah dipasarkan ke dunia industri melalui skema ekosistem kerja sama dengan industri pula.

AiMS diciptakan sebagai sistem mitigasi pencemaran air maupun udara dan diharapkan mampu mendukung industri dalam penerapan industri hijau, Making Indonesia 4.0, serta mendukung program P3DN dan substitusi impor untuk produk sejenis.