Bagikan:

JAKARTA - Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini seiring peningkatan ekspektasi dan prospek suku bunga The Fed.

Peningkatan ekspektasi dan prospek suku bunga tersebut pasca pernyataan Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) Jerome Powell yang hawkish.

"Powell melihat inflasi tidak akan mencapai target 2 persen hingga 2025," ujar Lukman Leong mengutip Antara.

Untuk saat ini, ujar dia lagi, The Fed terlihat akan terus hawkish hingga akhir tahun.

Penguatan dolar AS juga dipengaruhi data klaim pengangguran AS yang lebih baik dari perkiraan serta revisi Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I/2023 AS dari awalnya 1,3 persen menjadi 2,0 persen yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat.

"The Fed melihat hal ini dipicu oleh permintaan yang kuat dan menyebabkan inflasi tetap bertahan tinggi," kata Lukman.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah mengalami pelemahan 52 poin atau 0,35 persen menjadi Rp15.045 per dolar AS dari sebelumnya Ro14.993 per dolar AS.

Hingga saat ini, posisi nilai tukar rupiah yaitu Rp15.048 per dolar AS, menguat 55 poin atau 0,37 persen.

Dolar AS naik terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), mendapat dukungan dari pembacaan PDB dan data tenaga kerja yang kuat, yang memberikan Federal Reserve kemungkinan pijakan untuk terus menaikkan suku bunganya.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, meningkat 0,42 persen menjadi 103,3432 pada akhir perdagangan, naik ke level tertinggi dua minggu.

Klaim pengangguran awal mingguan AS minggu lalu turun sebesar 26.000 klaim menjadi 239.000 klaim yang disesuaikan secara musiman, penurunan terbesar dalam 20 bulan dan di bawah ekspektasi 265.000 klaim oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Berbicara di sebuah acara yang diadakan oleh bank sentral Spanyol pada Kamis (29/6), Ketua Federal Reserve Powell mengindikasikan bahwa Fed kemungkinan akan melanjutkan jalur kenaikan suku bunganya setelah jeda awal bulan ini.

Selain itu, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada Kamis (29/6) bahwa Fed harus menaikkan suku bunga jika pertumbuhan harga-harga menjauh dari target, atau ekspektasi inflasi mulai bergerak dengan "cara yang sulit".