JAKARTA - Mandiri Sekuritas (Mansek) dalam laporan riset terbaru memberikan peringkat beli (buy) kepada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dengan target harga Rp1.200 per saham.
Angka tersebut 42 persen lebih tinggi dari harga penutupan Selasa 20 Juni yang mana saham PGEO diperdagangkan di Rp845 per lembar saham.
Lebih lanjut, proyeksi tersebut juga 37 persen lebih tinggi dibandingkan harga penawaran umum perdana (IPO) perusahaan yang awal tahun ini ditawarkan ke publik dan nyaris 30 persen di atas level harga penutupan tertinggi yang dibukukan perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
Analis Mansek Henry Tedja CFA dan Ariyanto Kurniawan mencatat setidaknya ada tiga hal utama yang patut disimak investor yang dapat menjadi dorongan utama penguatan kinerja saham perusahaan produsen energi bersih terbarukan tersebut.
Pertama adalah terkait rencana ekspansi bisnis agresif yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, baik dari sisi top line maupun bottom line.
"PGEO dalam lima tahun ke depan diharapkan mampu menambah kapasitas terpasang 600 MW sehingga total menjadi 2,447 MW," demikian tulis laporan dari analis Mansek yang dikutip Kamis 22 Juni.
Menurut analis Mansek adalah target mudah, mengingat melimpahnya sumber daya perusahaan di 12 Wilayah Kerja (WK).
Selanjutnya kontrak jangka panjang (19 sampai 30 tahun) yang menguntungkan (take-or-pay) dengan PLN akan menyokong operasional dan memberikan aliran kas yang kuat dan stabil bagi perusahaan dan akhirnya dapat menjadi pendorong utama melonjaknya kinerja keuangan PGEO.
"Bisnis model tersebut mampu memberikan aliran kas bebas bagi PGEO sebesar 76 juta dolar AS atau setara Rp1,14 triliun hingga 207 juta dolar AS atau setara Rp 3,11 triliun sepanjang 2019-2022," beber dia.
Selain itu, PLN sebagai pembeli dalam tiga tahun terakhir selalu membayarkan tagihan tanpa adanya penundaan pembayaran yang terlalu lama, sehingga membuat arus kas perusahaan menjadi semakin kokoh.
Terakhir, Analis Mansek juga menggarisbawahi komitmen Pemerintah lewat PLN dalam memajukan energi baru terbarukan (EBT) menjadi dorongan tambahan penting bagi bisnis perusahaan yang diharapkan semakin membesar dengan pertumbuhan stabil.
PLN sendiri dalam bauran energi telah menyatakan komitmennya untuk meningkatkan penggunaan listrik dari sumber EBT. Panas bumi diharapkan akan memainkan peran penting dengan penambahan kapasitas hingga 3,3 GW dalam 10 tahun ke depan.
Mansek memprediksi EBITDA PGEO dapat tumbuh 6,1 persen (CAGR) sepanjang tahun 2022 hingga 2025. Laba bersih perusahaan juga diharapkan dapat tumbuh stabil dalam periode yang sama.
Target harga Rp1.200/saham yang diharapkan memberikan implikasi EV/EBITDA di kisaran 11,2x, yang mana ini sesuai dengan penilaian transaksi merger dan akuisisi global yang memberikan valuasi 6,9-13,4x EV/EBITDA.
Selain itu angka tersebut juga selaras dengan perusahaan pembangkit independen (IPP) global yang memiliki valuasi 8,5-22,5 kali EV/EBITDA.
BACA JUGA:
Sejumlah hal penting lain yang dicatat Mansek dalam laporannya selain peran penting Geothermal di masa depan termasuk:
• Posisi PGEO sebagai IPP geothermal terbesar di dunia dengan margin tebal.
• Ambisi penambahan kapasitas pembangkit memperlebar jaraknya dengan kompetitor sebagai pemimpin utama di sektor geothermal.
• Bisnis dan operasional PGEO yang sangat cocok untuk proksi ESG, baik itu dari sisi lingkungan, sosial maupun tata kelola.
• Potensi lebih besar di masa depan khususnya terkait bursa karbon yang uji coba akan dilakukan tahun ini dan dapat berjalan penuh tahun 2025.