Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah Indonesia secara resmi telah mengirimkan donasi vaksin pentavalen senilai total Rp30,3 miliar kepada penduduk Nigeria. Bantuan dikirimkan dalam dua tahap, yang pertama pada akhir bulan ini sebanyak 730.000 dosis vaksin, dan sisanya akan dikirimkan di tahap berikutnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bantuan vaksin ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Nigeria yang selama ini mengalami kesulitan dalam mendapatkan vaksin untuk kebutuhan dalam negeri.

“Melalui Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI), pemerintah Indonesia secara konsisten menjalankan diplomasi untuk turut serta menjaga perdamaian dan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Senin, 29 Mei.

Menurut Menkeu, pengiriman vaksin ke Nigeria ini merupakan langkah awal dari berbagai program melalui LDKPI dari hasil kelolaan endowment fund yang telah dialokasikan sebesar Rp8 triliun.

“Ini juga soft diplomacy yang dilakukan Kementerian Luar Negeri ataupun instansi terkait,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama LDKPI Tormarbulang Lumbantobing menyebut Indonesia bukan hanya sekedar memberikan bantuan hibah, namun juga ada misi mendukung kemajuan perekonomian.

“Kami mendorong perdagangan, membuka perluasan pasar internasional bagi pelaku usaha dalam negeri dan membuka peluang investasi,” katanya.

Sebagai informasi, vaksin pentavalen dengan merk dagang Pentabio ini diproyeksikan tidak hanya disalurkan, namun juga dapat diproduksi di Nigeria dengan menjalin kemitraan dan transfer teknologi dengan perusahaan setempat.

Vaksin Pentavalen sendiri merupakan vaksin kombinasi DTP-HB-Hib yang membantu pencegahan 5 (lima) macam penyakit sekaligus, yaitu: difteri, tetanus, pertussis, hepatitis B dan Haemophilus influenzae tipe B (Hib).

Adapun, Nigeria merupakan negara dengan penduduk terbanyak sekaligus terpadat di benua Afrika. Dengan total populasi sebesar 211 juta penduduk, angka kelahirannya mencapai 7,7 juta bayi per tahun.

Mirisnya, cakupan imunisasi wajib di negara tersebut masih di bawah rata-rata. Negara-negara berpendapatan menengah ke bawah (Low Middle-Income Country) di kawasan Afrika termasuk Nigeria memang mengalami kesulitan akses dalam mendapatkan vaksin.

Hal itu dikarenakan tingginya harga serta mahalnya biaya produksi dan pengembangan. Hingga kini, negara-negara di Afrika masih bergantung pada pengadaan vaksin dari UNICEF, Covax Facility dan bantuan negara lain.