Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatatkan pertumbuhan kredit konsumer pada kuartal I tahun-2023 mecapai 13,7 persen year on year (yoy). Dengan pertumbuhan double digit tersebut BRI berhasil meraup Rp173,8 triliun per kuartal I tahun 2023.

Diketahui komposisi kredit konsumer pun terkerek naik 50 bps secara tahunan, dari 14,2 persen menjadi 14,7 persen.

Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengatakan, geliat positif kredit konsumer diikuti pula dengan kualitas kredit yang terkendali.

"Per Maret 2023, rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) pembiayaan ini cukup rendah atau sebesar 2,01 persen," ujarnya yang dikutip Kamis 25 Mei.

Dirinya melanjutkan, data tersebut menunjukkan buah sukses dari apa yang dilakukan perbankan termasuk Bank BRI dalam mengoptimalkan layanan dan memperkuat kapasitas retail banking. Handayani bilang, BRI akan semakin memperkuat kapabilitas retail banking pada tahun 2023.

Salah satu strateginya dengan terus melakukan perbaikan business process engineering berupa implementasi Consumer Loan Factory (CLF). BRI juga terus mendorong digitalisasi proses bisnis, misalnya bertransaksi melalui aplikasi BRISPOT dan BRImo.

"Untuk semakin mengoptimalkan kinerja, kami akan memberikan pelayanan kepada nasabah melalui berbagai kanal. Kemudian kami terus membuka kerja sama API connection dengan berbagai pihak. Hasilnya pertumbuhan penyaluran kredit dapat terpacu sesuai target dan nasabah lebih nyaman dalam bertransaksi,” ucap Handayani.

Dirinya menambahkan, prospek kredit konsumer tahun ini terbilang baik karena inflasi yang cenderung menurun. Nilai tukar mata uang Rupiah terus mengalami apresiasi dan stabil di bawah Rp15.000.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada April 2023, inflasi di Indonesia sebesar 4,33 persen secara tahunan. Angka tersebut melanjutkan tren penurunan sejak tahun lalu, setelah menyentuh 5,95 persen pada September 2022.

Dampak dari rupiah yang berlanjut menunjukkan tren apresiasi yakni mendorong Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneter, baik menahan atau bahkan menurunkan suku bunga acuan pada semester II/2023.

"Dengan begitu, pertumbuhan kredit konsumer dapat semakin ditingkatkan," pungkasnya.