Ditanya Resep APBN Kuat, Sri Mulyani Buka Rahasia Ini ke Publik Korea
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua dari kiri) dalam forum diskusi di Incheon, Korea Selatan (Foto: Tangkap layar kanal digital ADB)

Bagikan:

JAKARTA – Kunjungan kerja Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani ke Incheon, Korea Selatan ditandai dengan menjadi narasumber dalam agenda Governors’ Seminar: Policies to Support Asia’s Rebound.

Menkeu menerangkan jika dirinya diberi kesempatan untuk menjelaskan peran multilateralisme dalam pemulihan di Asia. Disebutkan bahwa dunia yang saling terkoneksi membuat multilateralisme jadi cara terbaik untuk kita bangkit dan pulih dari krisis.

“Agar multilateralisme ini efektif, kita harus bisa menunjukkan tata kelola yang baik dan membangun kepercayaan masyarakat. Sehingga semangat kerja sama dalam forum multilateral maupun regional seperti yang kita lakukan di G20, ADB, ASEAN, ASEAN+3, maupun forum multilateral lainnya menjadi modal terkuat untuk menghadapi berbagai gejolak global,” ujarnya saat menyampaikan keterangan tertulis, Kamis, 4 Mei.

Menurut Menkeu, hal lain yang juga ditanyakan adalah cara menurunkan ketimpangan yang semakin terlihat di kawasan Asia. Bendahara negara lantas berbagi pengalaman dari sisi kebijakan fiskal Indonesia.

Kata dia, ada banyak instrumen kebijakan fiskal untuk mengatasi ketimpangan, baik dari sisi penerimaan maupun belanja.

“Dari sisi penerimaan, kebijakan pajak harus dirancang cukup progresif tanpa mengurangi motivasi untuk memperoleh penghasilan. Sementara di sisi belanja, ada banyak dukungan yang bisa kita berikan baik untuk penurunan kemiskinan, memutus kemiskinan antargenerasi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain,” tuturnya.

Menkeu menyebut Indonesia juga menggunakan tambahan penerimaan dari commodity boom untuk berinvestasi di wilayah terluar, termiskin, terpencil dan juga untuk kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.

“Terakhir saya sampaikan bahwa kunci mempertahankan pemulihan Asia setelah pandemi adalah produktivitas. Kita di Asia harus berinvestasi lebih untuk peningkatan produktivitas yang merupakan sumber pertumbuhan paling lestari. Baik investasi untuk pendidikan, tenaga kerja, kebijakan makro, atau infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pergerakan dan produktivitas masyarakat,” tegas dia.