Harga Emas Dunia Diprediksi Melemah, Ini Penjelasan Analis
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas melemah direntang 1,922.10 dolar Amerika Serikat (AS) hingga 1, 978.10 per troyounce pada perdagangan hari ini.

Sementara sebelumnya, kata Ibrahim, harga emas dunia di level 1,951,50 dolar AS per troyounce pada selasa malam.

“Harga emas melemah di awal perdagangan Asia pada hari Selasa setelah menyentuh level tertinggi di sesi sebelumnya karena pasar mengunci beberapa keuntungan menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve yang akan datang,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu, 22 Maret.

Sementara itu, sambung Ibrahim, kehati-hatian atas potensi krisis perbankan membuat permintaan safe haven tetap kuat.

Ibrahim juga menjelaskan logam kuning reli tajam selama seminggu terakhir karena kekhawatiran yang berkembang dari keruntuhan perbankan AS dan Eropa mendorong aliran deras ke aset safe haven tradisional.

“Sementara taruhan bahwa Fed akan kekurangan ruang kepala ekonomi untuk terus menaikkan suku bunga merusak dolar,” jelasnya.

Pada Senin 20 Maret, kata Ibrahim, harga emas melewati level 2.000 dolar AS per ons untuk pertama kalinya dalam setahun. Meskipun sebentar, karena kehati-hatian juga muncul menjelang apa yang diharapkan menjadi pertemuan penting Fed pada hari Rabu.

“Penguatan emas hanya bersifat sementara karena kebangkrutan bank di AS dan di Eropa dan fund-fund besar sudah mendapatkan keuntungan yang di inginkan yaitu Harga 2000 dolar AS per troyounce. Dan emas siap jatuh menuju 1,850 dolar AS dalam waktu singkat,” kata Ibrahim.

Adapun hasil pertemuan dua hari Fed pada hari Rabu, dengan bank secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) angka yang lebih kecil dari ekspektasi kenaikan 50 bps sebelumnya.

Kata Ibrahim, presiksi tersebut seiring dengan krisis bank yang berkembang membuat pasar sebagian besar menilai kembali ekspektasi mereka apakah bank sentral akan memperketat kebijakan lebih lanjut, mengingat kenaikan suku bunga yang tajam memberikan banyak tekanan pada sistem perbankan.

“Emas dan logam mulia lainnya mendapat keuntungan dari Fed yang kurang hawkish, mengingat kenaikan suku bunga mendorong biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil,” jelasnya.

Ibrahim juga mengatakan ketidakpastian atas The Fed juga membebani dolar selama seminggu terakhir, semakin menguntungkan harga logam, sementara Fed meluncurkan langkah-langkah likuiditas darurat untuk sektor perbankan, melemahkan beberapa pengetatan moneternya selama setahun terakhir.

“Tetapi mengingat inflasi AS masih cenderung jauh di atas kisaran target Fed, bank mungkin akan menaikkan suku bunga lebih lanjut,” ujarnya.

Sementara itu, kata Ibrahim, logam mulia lainnya diredam pada hari Selasa, tetapi masih naik kuat selama beberapa sesi terakhir.

Platinum berjangka turun 0,1 persen menjadi 996,55 dolar AS per ons, sementara perak berjangka naik 0,1 persen menjadi 22,665 dolar AS per ons.

Di antara logam industri, harga tembaga diperdagangkan sideways setelah naik selama lima sesi terakhir.

Tetapi mereka masih diperdagangkan pada level yang relatif rendah, setelah dilanda kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Tembaga berjangka naik 0,1 persen menjadi 3,9610 dolar AS per pon.