JAKARTA - PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) mencatatkan rugi bersih Rp64,04 miliar pada 2022. Besaran kerugian tersebut meningkat 1.153 persen dibandingkan tahun sebelumnya di Rp5,16 miliar.
Melihat laporan keuangannya, perseroan mencatatkan penjualan dan pendapatan jasa tumbuh 9,23 persen year on year (yoy) menjadi Rp2,72 triliun pada 2022, dari sebelumnya sebesar Rp2,49 triliun pada 2021.
Mengutip Antara, penjualan dan pendapatan jasa dikontribusikan dari segmen usaha real estate sebesar Rp1,38 triliun, segmen usaha pembangkit tenaga listrik Rp696,57 miliar, serta segmen jasa dan pemeliharaan menyumbang Rp554,36 miliar.
Selain itu, segmen usaha golf menyumbang Rp75,88 miliar dan segmen usaha pariwisata menyumbang Rp33,23 miliar.
Seiring dengan kenaikan pendapatan, Jababeka mencatatkan beban pokok penjualan dan pendapatan jasa mencapai Rp1,32 triliun pada tahun 2022.
Kemudian, beban penjualan sebesar Rp67,00 miliar, beban umum dan administrasi Rp450,98 miliar, beban keuangan Rp516, 388 miliar, beban pajak final Rp45,12 miliar, serta beban lain- lain Rp315,37 miliar.
Dengan demikian, perseroan mencatatkan laba sebelum beban manfaat penghasilan sebesar Rp48,89 miliar pada 2022.
Jababeka mencatatkan liabilitas sebesar Rp6,60 triliun pada 2022, dari sebelumnya sebesar Rp5,92 triliun pada 2021, sedangkan, ekuitas perseroan tercatat Rp6,50 triliun dari sebelumnya Rp6,37 triliun pada 2022.
Dengan demikian, hingga akhir 2022 aset perseroan tercatat sebesar Rp13,11 triliun.
BACA JUGA:
Jababeka mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp400 miliar pada 2023, yang mana senilai Rp250 miliar untuk akuisisi lahan baru dan Rp150 miliar untuk pemeliharaan.
Selain itu, perseroan menargetkan marketing sales mencapai Rp2 triliun pada 2023, atau naik 16 persen yoy dibandingkan realisasi 2022 yang sebesar Rp1,72 triliun.
Adapun, sebesar Rp1 triliun ditargetkan berasal dari kawasan industri Cikarang dan lainnya, yaitu Rp750 miliar dari tanah matang dan bangunan industri, serta sebesar Rp250 miliar dari produk residensial dan komersial di kawasan industri Cikarang dan lainnya.
Kemudian, sebesar Rp1 triliun berasal dari perusahaan-perusahaan Joint Venture, yang mana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal merupakan kontributor terbesar dengan target Rp800 miliar, serta Joint Venture residensial/ komersial di Cikarang sebesar Rp200 miliar.