JAKARTA - PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) pada kuartal I 2023 disebutkan telah menerbitkan obligasi berkelanjutan VI tahap IV tahun 2023 dengan jumlah pokok sebesar Rp2 triliun berating idAAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengatakan, penerbitan surat utang ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan VI dengan realisasi penerbitan obligasi sebesar Rp9 triliun.
“Dana yang diperoleh dari obligasi ini rencananya akan digunakan untuk mendukung program penurunan beban fiskal pemerintah melalui program pembiayaan kredit pemilikan rumah fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (KPR FLPP) untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Senin, 27 Februari.
Menurut Ananta, obligasi tersebut terdiri dari satu seri dengan tingkat bunga tetap sebesar 6,85 persen per tahun, dan berjangka waktu 5 tahun sejak tanggal emisi.
Dia menjelaskan, pembayaran pokok obligasi secara penuh (bullet payment) akan dilakukan pada tanggal pelunasan obligasi.
Obligasi diterbitkan tanpa warkat, kecuali sertifikat jumbo obligasi yang diterbitkan oleh perseroan atas nama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai bukti utang untuk kepentingan pemegang obligasi dan ditawarkan dengan nilai 100 persen dari jumlah pokok obligasi.
“Sebagai fiscal tools, cara yang kami tempuh berperan untuk mengurangi porsi pembiayaan pemerintah di KPR FLPP menjadi 75 persen dari sebelumnya 90 persen,” tutur dia.
BACA JUGA:
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna menyampaikan apresiasi atas inisiatif SMF untuk memenuhi kebutuhan dukungan dana pendamping FLPP.
“Kami berharap penerbitan obligasi bisa diperluas tidak hanya untuk FLPP tetapi juga untuk sektor pembangunan perumahan sektor lain,” kata dia.
Sebagai informasi, SMF merupakan BUMN di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang mempunyai tugas khusus sebagai special mission vehicle (SMV).
Sejak 2009 hingga akhir 2022, SMF tercatat sudah merilis 51 kali penerbitan surat utang dengan jumlah Rp50,4 triliun.
Jumlah itu terdiri dari 38 kali penerbitan obligasi dan sukuk mudharabah (penawaran umum) Rp45,6 triliun, sebanyak 12 kali medium term notes (penawaran terbatas) Rp4,67 triliun.
Lalu yang terakhir adalah sekali penerbitan surat berharga komersial sebesar Rp120 miliar.