Bagikan:

JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada hari ini, Jumat 24 Februari.

Dalam aksi korporasi ini, PGE yang yang memiliki kode saham PGEO akan melepas 25 persen saham dengan target perolehan dana hingga Rp9,05 triliun.

Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Ahmad Yuniarto dalam sambutannya mengatakan, aksi korporasi ini dilakukan untuk mendukung rencana Perseroan mengembangkan kapasitas terpasang Perseroan sebesar 600 MW hingga 2027 mendatang.

"Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027," ujarnya dalam sambutannya, Jumat 24 Februari.

Lebih jauh Ahmad menjelaskan bahwa PGE mencatatkan diri dengan kode emiten PGEO telah menyelesaikan roadshow ke sejumlah negara selain Indonesia, diantaranya Singapura, Hong Kong, London, dan New York untuk mengundang investor domestik maupun investor asing untuk ikut berpartisipasi dalam penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Pertamina Geothermal Energy.

"PGE berhasil menarik minat investor domestik maupun investor multinasional yang berkualitas untuk berpartisipasi dalam IPO PGE," lanjut Ahmad.

Adapun beberapa investor domestik dan multinasional yang turut berpartisipasi dalam IPO PGE antara lain adalah Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan clean energy yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).

Asal tahu saja Penawaran Umum IPO Perseroan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat cerah bagi Perseroan dan sebagai indikator positif tingkat kepercayaan investor kepada PGE.

Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW di tahun 2022 menjadi sekitar 6,2GW di tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9 persen dalam periode yang sama.

Pada tahun 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar di dunia dengan menyumbang sebesar 28 persen dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global. Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.

PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract). Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW.