Penjualan Properti Seret di Tengah Kenaikan Harga, Efek Suku Bunga Tinggi?
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer secara tahunan terus meningkat hingga triwulan IV 2022.

Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono mengatakan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV 2022 tercatat meningkat sebesar 2,00 persen secara tahunan (year on year/yoy).

“Ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,94 persen,” ujar dia melalui keterangan tertulis pada Jumat, 17 Februari.

Erwin menjelaskan jika di saat yang bersamaan terjadi kontradiksi dari sisi penjualan. Disebutkan jika hasil survei mengindikasikan penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan IV 2022 tumbuh melambat.

“Penjualan properti residensial tumbuh sebesar 4,54 persen yoy pada triwulan IV 2022, lebih rendah dari 13,58 persen yoy pada triwulan III 2022,” tuturnya.

Erwin menambahkan, hasil survei juga menunjukkan bahwa pembiayaan nonperbankan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk pembangunan properti residensial.

Kata dia, pada triwulan IV 2022 sebesar 72,51 persen dari total kebutuhan modal pembangunan proyek perumahan berasal dari dana internal.

“Sementara itu dari sisi konsumen, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam pembelian properti residensial dengan pangsa sebesar 75,03 persen dari total pembiayaan,” tegas dia.

Sebagai informasi, sektor properti sangat erat hubungannya dengan kebijakan Bank Indonesia lantaran terkait penetapan suku bunga acuan.

Adapun pada paruh kedua 2022 yang lalu bank sentral terus mengerek rate interest dari sebelumnya sekitar 3,50 persen menjadi 5,50 di penutupan tahun.

Hal ini tentu memberi dampak kepada konsumen properti yang memiliki hunian melalui skema kredit pemilikan rumah alias KPR.