Macet Jakarta Bikin Rugi Rp71,4 Triliun hingga Pemborosan 2,2 Juta Liter BBM
Ilustrasi macet jabodetabek (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kemacetan di jalanan DKI Jakarta makin tidak terhindarkan saat ini. Hal tersebut umumnya terjadi ketika jam berangkat maupun pulang kerja, yang mana roda dua hingga roda empat saling mengantre dan maju perlahan lantaran banyaknya kendaraan yang melintas di ibu kota.

Merespons hal tersebut, Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno menyebutkan, kerugian ekonomi akibat kemacetan di wilayah Jabodetabek mencapai Rp71,4 triliun per tahun. Hitungan ini berdasarkan pemborosan bahan bakar minyak (BBM) dan waktu hilang akibat kemacetan.

"Dampak kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jabodetabek sekarang sebesar Rp71,4 triliun per tahun. Terjadi pemborosan BBM sebesar 2,2 juta liter per hari," kata Djoko dalam keterangan resminya, dikutip pada Selasa, 14 Februari.

Djoko mengatakan, salah satu penyebab permasalahan kemacetan lalu lintas di Jakarta akibat dominasi kendaraan pribadi. Saat ini, pengguna angkutan perkotaan mengalami penurunan demand secara signifikan lantaran masyarakat semakin tergantung pada kendaraan pribadi.

"Apabila dibiarkan, maka angkutan perkotaan terancam punah, dan sudah banyak kota-kota di Indonesia tidak lagi memiliki angkutan umum yang memadai," ujarnya.

Oleh karena itu, diperlukan dukungan Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan melalui perluasan pemberian subsidi pembelian layanan (buy the service).

Menurut Djoko, Teman Bus telah dilaksanakan di 10 kota, di antaranya Medan (Trans Metro Deli), Palembang (Trans Musi Jaya), Jogjakarta (Trans Jogja), Solo (Batik Solo Trans), Denpasar (Trans Metro Dewata), Bandung (Trans Metro Pasundan), Purwokerto (Trans Banyumas), Banjarmasin (Trans Banjarbakula), Makassar (Trans Mamminasata), serta Surabaya (Trans Semanggi Surabaya).

"Sementara, yang dikelola Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek dengan Program BisKita baru diselenggarakan di Kota Bogor (Trans Pakuan) tahun 2021. Total sudah beroperasi transportasi perkotaan di 11 kawasan perkotaan," terangnya.

Buy The Service (BTS) dilakukan dengan membeli layanan dari operator dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan. Hal itu perlu dilakukan untuk menarik minat masyarakat beralih ke transportasi umum. "(Memang) bukan hal yang mudah dilakukan di tengah kenyamanan penggunaan kendaraan pribadi terutama sepeda motor," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengaku tingkat kemacetan Jakarta meningkat dari tahun lalu. Namun, Syafrin tak mengungkapkan data mengenai angka kemacetan saat ini.

"Tentu jika kami melihat grafiknya, ada peningkatan (angka kemacetan)," kata Syafrin di Balai Kota DKI Jakarta, Senin, 13 Februari.

Syafrin menyebut, salah satu penyebab peningkatan kemacetan Jakarta adalah pembangunan infrastruktur, yakni pekerjaan konstruksi Jalan Tol Harbor Road II di Jalan RE Martadinata dan Jalan Lodan Raya.

"Di sisi utara, itu di RE Martadinata, tahun ini kami ada pekerjaan pembangunan Harbour Road Toll II. Saat ini, ada manajemen rekayasa lalu lintas untuk jalan RE Martadinata yang tadinya 4 lajur 2 arah, kini menjadi 2 lajur 1 arah. Sehingga, terjadi kepadatan karena memang cukup panjang dari kawasan JIS ke barat," ungkap Syafrin.

Proyek pembangunan tol di Jakarta Utara ini, menurut Syafrin, juga menjadi penyebab tersendatnya lalu lintas di Jakarta International Stadium (JIS) setelah konser Dewa 19 beberapa waktu lalu. Kepadatan lalu lintas ini sempat menuai keluhan banyak masyarakat.

Selain itu, proyek lain yang menyebabkan kemacetan adalah pembangunan tiang LRT Jabodebek di Jalan MT Haryono, Jalan Gatot Subroto, hingga Jalan HR Rasuna Said. Proyek di sepanjang jalan protokol ini juga mengakibatkan kemacetan panjang hingga ke wilayah lainnya.

"Itu ada beberapa lajur yang titiknya menjadi tidak optimal karena terdampak pembangunan tiang LRT Jabodebek. Sehingga, yang tadinya ada 4 lajur, diambil 1 lajur menjadi 3 lajur dan seterusnya," imbuh Syafrin.