Bagikan:

JAKARTA - PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) mencatat penurunan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga 30 persen.

Melansir keterbukaan informasi, Perseroan mencatat laba usaha pada 2022 sebesar Rp4,72 triliun. Besaran ini turun bila dibandingkan tahun sebelumnya di Rp6,75 triliun.

Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan beban operasional, peningkatan beban depresiasi dan amortisasi, serta peningkatan biaya finansial sebagai dampak dari penggabungan dua perusahaan yang diimbangi oleh peningkatan pendapatan.

Sementara itu, total pendapatan sebesar Rp46,75 triliun sepanjang 2022. Besaran tersebut tumbuh 48,9 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Bila dijabarkan, layanan selular, Multimedia, Internet dan Data Communication Services (MIDI), dan Telekomunikasi Tetap milik perseroan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 86,1 persen, 12,2 persen, dan 1,7 persen terhadap pendapatan usaha konsolidasian.

Kemudian, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi atau EBITDA tercatat sebesar Rp19,46 triliun atau naik 40,2 persen yoy, dengan margin EBITDA tercatat sebesar 41,6 persen sepanjang l 2022.

Dengan kekuatan dari dua merk serta penggabungan bisnis, pelanggan perusahaan meningkat sebesar 62,5 persen yoy menjadi 102,2 juta pelanggan sepanjang tahun 2022.

Peningkatan pelanggan tersebut sedikit berdampak terhadap penurunan Average Revenue per User (ARPU) yang menjadi Rp33,9 ribu pada 2022, dari sebelumnya Rp34,4 ribu pada 2021.

Perluasan basis pelanggan menghasilkan pertumbuhan trafik data sebesar 91,8 persen yoy sepanjang tahun lalu.

Selain itu, cakupan jaringan perusahaan juga meningkat seiring peningkatan jumlah BTS 4G yang mencapai 137 ribu, sehingga mampu menangani peningkatan trafik yang tinggi.

Lebih lanjut, pengeluaran belanja modal senilai Rp12,01 triliun tidak termasuk Rp10,02 triliun aset hak guna pada 2022.

Sekitar 93,3 persen pengeluaran modal tersebut dialokasikan untuk bisnis selular demi mendukung permintaan layanan data, serta sisanya dialokasikan pada pengeluaran modal untuk MIDI, infrastruktur dan TI.

Per 31 Desember 2022, perusahaan memiliki utang pokok tidak termasuk biaya transaksi yang belum diamortisasi dan liabilitas sewa senilai Rp21,32 triliun, serta posisi kas perusahaan sebesar Rp9,5 triliun, dengan utang bersih sebesar Rp11,81 triliun.