JAKARTA - Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut dapat mencapai 4,5-5,3 persen pada 2023, yang didorong stimulus ekonomi domestik.
"Di sisi domestik, kinerja investasi diperkirakan tumbuh, sementara kinerja konsumsi rumah tangga masih bertahan," kata Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra melalui keterangan tertulis, dikutip dari Antara, Jumat 10 Februari.
Sementara, dari sisi ekonomi eksternal, ia memperkirakan terjadi penurunan karena permintaan ekspor menurun untuk produk tekstil dan produk tekstil, alas kaki, dan furnitur dari Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut Rahmat, untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah, diperlukan langkah nyata dan sinergi kebijakan dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif.
Pada 2022, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Jateng mencapai 5,31 persen (yoy).
Sementara itu, BI Jawa Tengah juga memperkirakan inflasi akan kembali dalam sasaran tiga persen plus minus satu persen.
Penurunan inflasi pada 2023 karena didukung oleh harga komoditas pangan yang melandai seiring dengan peningkatan pasokan, ekspektasi inflasi yang semakin terkendali, serta perlambatan permintaan domestik akibat ketidakpastian global yang terus berlanjut.
Hingga Januari 2023, inflasi Jawa Tengah tercatat sebesar 0,32 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 0,34 persen (mtm). Penurunan inflasi disebabkan oleh inflasi komponen tarif yang diatur pemerintah (administered prices) karena menurunnya harga bensin terutama non subsidi.
BACA JUGA:
Penurunan tarif dari kelompok yang diatur pemerintah juga dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara.
Dari aspek sistem pembayaran, BI akan terus mendorong inovasi dan memastikan ketersediaan uang rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah NKRI.
Realisasi peredaran uang di Jateng pada 2022 sebesar Rp30,6 triliun atau tumbuh sebesar 14,18 persen (yoy).