JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa kinerja penjualan eceran diprakirakan terkontraksi pada Januari 2023 sebesar minus 2,1 persen secara month to month (mtm).
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan anjloknya kinerja penjualan Januari 2023 dibandingkan dengan Desember 2022 dipengaruhi oleh pelandaian pada seluruh kelompok indikator.
“Penurunan terdalam pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi, diikuti subkelompok sandang, serta kelompok barang budaya dan rekreasi sejalan dengan pola musiman akibat normalisasi permintaan pascaperayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru,” ujarnya dalam rilis hari ini, Kamis, 9 Februari.
Erwin menjelaskan, tekanan yang terjadi secara bulanan itu justru bertolak belakang apabila ditinjau berdasarkan pola tahunan. Dia mengungkapkan kinerja penjualan eceran diperkirakan meningkat 1,7 persen year on year (yoy) menjadi 213,2 di Januari yang lalu.
“Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat meningkat,” tuturnya.
BACA JUGA:
Adapun pada Desember 2022 penjualan eceran tumbuh positif 0,7 persen yoy meski lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,3 persen yoy.
“Kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta barang budaya dan rekreasi tercatat meningkat, sementara kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya serta suku cadang dan aksesori mengalami perbaikan meski masih berada dalam fase kontraksi,” katanya.
Sementara itu dari sisi harga, responden memperkirakan tekanan inflasi pada Maret 2023 akan meningkat sementara Juni 2023 akan menurun.
“Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Maret 2023 tercatat sebesar 139,1, meningkat dibandingkan dengan Februari 2023 sebesar 134,6, didorong oleh kenaikan harga selama bulan Ramadan 1444 H. Kemudian, IEH Juni 2023 tercatat 138,3, menurun dibandingkan dengan Mei 2023 sebesar 140,2,” tutup Erwin.