Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada hari Rabu 13 Desember 2023 diperkirakan akan kembali bergerak melemah jelang rilis data inflasi AS. 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa 12 Desember, Kurs rupiah spot menguat tipis 0,01 persen ke Rp15.621 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup melemah 0,11 persen ke level harga Rp15.631 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Indeks dolar turun tipis di perdagangan hari Selasa kemarin. Namun greenback bertahan di atas level 104 terhadap sejumlah mata uang lainnya, menjelang data inflasi utama AS dan ketidakpastian atas rencana The Fed untuk menurunkan suku bunga pada tahun 2024 mendorong aliran dana ke dolar. 

"Pasar sekarang fokus pada data inflasi indeks harga konsumen (CPI) AS, yang akan dirilis pada hari Selasa. Meskipun angka tersebut diperkirakan menunjukkan bahwa inflasi sedikit menurun pada bulan November, angka tersebut diperkirakan masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen," Jelasnya dalam keterangan resminya Rabu 13 Desember. 

Ibrahim menyampaikan menyusul data inflasi, The Fed akan memutuskan suku bunga untuk terakhir kalinya tahun ini pada hari Rabu. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, namun sinyal apa pun dari bank sentral mengenai jalur suku bunga pada tahun 2024 akan diawasi dengan ketat.

Sejauh ini, The Fed masih mempertahankan retorikanya bahwa suku bunga akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Namun tanda-tanda melambatnya perekonomian AS baru-baru ini memicu beberapa spekulasi mengenai penurunan suku bunga lebih awal pada tahun depan. 

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan eceran pada November 2023 meningkat, tecermin dari indeks penjualan riil (IPR) November sebesar 209,4 atau tumbuh 2,9 persen secara year on year (yoy). 

Peningkatan kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya, subkelompok sandang, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Ibrahim menjelaskan secara bulanan, penjualan eceran diperkirakan tumbuh 0,9 persen month to month (mtm) didorong oleh peningkatan kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya serta kelompok suku cadang dan aksesori. 

Sementara itu, beberapa kelompok tetap tumbuh positif meski melambat, antara lain, kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau seiring dengan cuaca yang kurang mendukung.

Pada Oktober 2023, IPR tercatat sebesar 207,5 atau secara tahunan tumbuh 2,4 persen (yoy). Peningkatan kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Peningkatan kinerja penjualan eceran tersebut terutama terjadi pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi, kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok bahan bakar kendaraan bermotor didorong oleh permintaan dalam negeri, persiapan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal, libur akhir tahun, serta kelancaran distribusi. 

Dari sisi harga, ​indeks ekspektasi harga umum (IEH) Januari dan April 2024 masing-masing sebesar 133,1 dan 137,8, lebih tinggi daripada IEH bulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 131,2 dan 133,0.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Rabu 13 Desember dalam rentang harga Rp15.600- Rp15.660 per dolar AS.