JAKARTA - Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal mengatakan bahwa Bank Indonesia (BI) masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) pada tahun ini.
Menurut dia, walaupun sudah mengerek 225 bps sejak Agustus 2022, bank sentral dinilai masih memiliki ruang untuk meningkatkan interest rate saat ini yang sebesar 5,75 persen.
“Saya rasa masih ada kemungkinan naik 25 bps paling cepat di semester I 2023,” ujarnya kepada VOI, dikutip Kamis, 9 Februari.
Fithra menjelaskan, terdapat sejumlah asumsi yang mendasari pernyataannya tersebut. Pertama, level yang ditetapkan sekarang belum mencerminkan rata-rata suku bunga BI selama ini, yaitu sekitar 6 persen.
Kedua, sinyal bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) yang masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga di periode 2023.
“The Fed masih akan menaikan suku bunga karena target penurunan inflasi mereka belum tercapai. Paling tidak satu atau dua kali lagi The Fed akan merubah suku bunganya, walau tidak setinggi tahun lalu,” tutur dia.
Tiga, upaya Bank Indonesia menjaga nilai tukar rupiah agar tidak mengalami berlebih saat harga dolar semakin tinggi akibat fed fund rate yang melonjak.
“Oleh karenanya respon dari BI seharusnya menaikan suku bunga karena kalau tidak maka akan terjadi tekanan terhadap rupiah dan pasar surat utang kita,” tegas Fithra.
BACA JUGA:
Seperti yang diberitakan VOI sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa tingkat suku bunga acuan yang berlaku saat ini sudah memadai untuk mencapai sasaran inflasi 2023.
“Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang terakhir sudah jelas, bahwa 225 basis poin sudah memadai. Ini jelas sekali, tidak ada kata-kata yang lebih transparan (selain memadai) dengan arah kebijakan, forward guidance-nya jelas,” kata Perry.