Indonesia Relatif Aman dari Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ekonom sekaligus Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan Indonesia relatif aman dari dampak kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed).

“Suku bunga The Fed hanya berdampak ke pasar keuangan, tidak langsung ke sektor riil. Sedangkan pertumbuhan perekonomian kita digerakkan oleh sektor riil,” kata Piter, dikutip dari Antara, Jumat 24 Maret.

Meski begitu, Piter mengatakan kondisi pasar keuangan Indonesia saat ini terbilang masih dalam kendali Bank Indonesia (BI). Hal tersebut tercermin pada kondisi nilai tukar rupiah yang tak terlalu terdepresiasi, likuiditas perbankan yang masih terjaga, dan kenaikan inflasi yang cenderung tidak tajam.

“Saya kira itu masih relatif aman bagi BI,” ujar Piter.

Oleh karena itu, Piter memprediksi BI tidak ikut menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen seperti yang dilakukan The Fed.

Ekonom CORE itu menambahkan Indonesia relatif tangguh dalam menghadapi kenaikan suku bunga acuan. Sebab, Indonesia sudah biasa memiliki tingkat suku bunga acuan di atas 5 persen.

Oleh karena itu, meski BI akhirnya menaikkan tingkat suku bunga acuan, perekonomian Indonesia tak akan terlalu terguncang.

“Kondisi ekonomi global menghadapi permasalahan kegagalan bank di Amerika maupun Eropa. Tapi, dampak sistemik dari kejadian di Amerika dan Eropa itu tidak besar ke perekonomian kita,” ujar Piter.

Diketahui, The Fed resmi menaikkan target suku bunga acuan pada pertemuan The Federal Open Market Comittee (FOMC), Rabu 22 Maret. Dengan kenaikan 0,25 persen, suku bunga acuan The Fed saat ini berada di level 4,75 persen sampai 5 persen.

Kenaikan suku bunga acuan tersebut dilakukan di tengah gejolak sektor perbankan dengan kolapsnya Silicon Valley Bank dan Signature Bank.