Bagikan:

JAKARTA - Indonesia miliki “orang kaya baru”. Kaya bukan sembarang kaya. Dia adalah Low Tuck Kwong, pemilik perusahaan tambang PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang baru saja ditasbihkan oleh Forbes sebagai orang paling tajir di Republik Indonesia.

Torehan tersebut sekaligus mematahkan dominasi Hartono Bersaudara yang selama ini nyaman menduduki posisi puncak selama beberapa waktu.

Mengutip informasi pada Senin, 26 Desember disebutkan bahwa Low Tuck Kwong punya harta sebanyak 25,6 miliar dolar AS atau setara Rp400 triliun (kurs Rp15.629). Jumlah tersebut meningkat 1,69 persen atau sekitar 426 juta dolar menurut catatan terakhir.

Sumber Kekayaan Low Tuck Kwong

Low Tuck Kwong sendiri memiliki usaha tambang batu bara di Kalimantan sebagai bisnis utama. Dia juga punya andil dalam perusahaan Singapura Metis Energy dan SEAX Global yang merupakan sepasang entitas di sektor teknologi.

Pria kelahiran 17 April 1948 itu sering dijuluki sebagai raja batu bara di Indonesia, mengutip Tempo.co. Sejak usia 20 tahun, Low sudah bekerja di perusahaan konstruksi bangunan milik ayahnya, David Low Yi Ngo, yang merupakan pemilik dan direktur dari perusahaan konstruksi di Singapura. Kemudian ia mencoba peruntungan lebih besar untuk pindah ke Indonesia pada 1972.

Low Tuck Kwong mencoba mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) sebagai kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan sipil, dan struktur kelautan. Selain itu, JSI menjadi pelopor konstruksi pondasi tumpuk atau disebut pile foundation.

Pada 1988, JSI mulai membuka sayapnya ke bisnis penambangan batu bara dan menjadi kontraktor tambang terkemuka. Memang Low mendapatkan perkembangan cukup pesat dalam bidang kontraktor, namun sumber kekayaannya datang setelah membeli tambang pertamanya pada 1997.

Dikutip dari bayan.com.sg, tambang tersebut dibelinya melalui PT Gunungbayan Pratamacoal. Kini lebih dikenal dengan Bayan Resources, perusahaan yang bergerak sebagai inovator dalam industri pertambangan batu bara Indonesia. Perusahaan ini terus mencari metodologi dan teknologi baru untuk menjadi produsen dengan biaya terendah di Indonesia.

Selanjutnya Bayan Resource yang didirikannya tersebut IPO pada 2008. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini telah memiliki berbagai infrastruktur terkemuka melalui kepemilikan Terminal batu bara Balikpapan, Dermaga Perkasa dan Wahana, serta dua Floating Transfer Barges (KFT's).

Fasilitas yang dimiliki Bayan Group mampu menimbun batu bara dan memuat ke kapal dengan kecepatan berkisar antara 3.000-8.000 ton per jam. Dengan demikian, mereka dapat memberikan fleksibilitas dan penghematan dalam penggunaan kapal yang digunakan secara berlebihan.

Hingga saat ini, luas konsesi cadangan pertambangannya mencapai 126.293 hektare di Kalimantan Timur dan Selatan. Selain itu, Low juga memegang jabatan penting di perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy serta memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.

Adapun, dukungannya terhadap SEAX Global dengan membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia. Terlepas dari sisi bisnisnya, Low melimpahkan dana untuk membuat Kebun Binatang Gunung Bayan.

Dikutip dari Tatler Asia, kebun binatang tersebut dibangun untuk menampung hewan liar dengan spesies eksotis yang tergusur akibat aktivitas dekat penambangan batu baranya.

Selain memerhatikan lingkungan, ia memberikan program beasiswa ke sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Misalnya mendonasikan untuk beasiswa di Universitas Indonesia dengan biaya sebesar Rp50 miliar. Dana tersebut diberikannya dalam bentuk Biaya Operasional Pendidikan atau disingkat BOP.

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kepemilikan saham Low Tuck Kwong juga tercatat di emiten kabel PT Voksel Electric Tbk (VOKS). Per 7 Desember 2022, Low Tuck Kwong menggenggam sebanyak 329.331.640 lembar saham VOKS. Jumlah itu setara dengan 7,93 persen porsi kepemilikan saham di VOKS.

Selanjutnya, Low Tuck Kwong juga terekam mengempit saham jasa tambang batu bara PT Samindo Resources Tbk (MYOH). Berdasarkan data PT KSEI, per 7 Desember 2022, saham yang dimilikinya di MYOH sebesar 14,18 persen atau sebanyak 312.776.250 lembar saham.

Kekayaan Hartono Bersaudara

Adapun, “orang kaya lama” Robert Budi Hartono menempati posisi kedua dengan jumlah harta 22,3 miliar dolar AS. Angka itu setara dengan Rp348 triliun dengan kurs yang sama. Diikuti kemudian oleh sang kakak, Michael Hartono yang punya harta 21,5 miliar dolar AS atau Rp336 triliun.

Kata Forbes, Hartono Cs memiliki usaha yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan tembakau. Mereka juga diketahui main dalam bisnis investasi, perdagangan, teknologi, serta industri jasa keuangan, utamanya perbankan.

Beberapa merek terkenal yang terafiliasi dengan Robert dan Michael Hartono antara lain rokok Djarum Super, perangkat elektronik Polytron, serta bank swasta terbesar di Indonesia, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA).