Bagikan:

JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) membantah laporan Bank Dunia atau World Bank bahwa harga beras di Indonesia paling mahal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyampaikan bahwa harga beras di Indonesia tidak paling tinggi dibandingkan negara-negara lain di ASEAN dan sudah sesuai dengan daya beli masyarakat.

"Kemarin itu kita sudah konfirmasi tidak yang tertinggi di ASEAN. Kemudian dibandingkan aja dengan negara-negara lain," tuturnya saat mengunjungi ritel modern di Bogor, Jawa Barat, Jumat, 23 Desember.

Menurut Arief, sepanjang daya beli masyarakat mampu untuk membeli dan harganya terjangkau, seharusnya tidak menjadi masalah.

"Sepanjang harga beras itu bisa terjangkau dan bisa dibeli masyarakat seperti hari ini. Itu ga ada masalah. Toh inflasinya kita jaga," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan juga membatah bahwa harga beras di dalam negeri menjadi yang paling mahal dibanding negara lain.

"Enggak. Siapa bilang? enggak. Kamu cek di google harga di Singapura berapa," ucapnya.

Sekadar informasi, Bank Dunia atau World Bank mencatat harga eceran beras di Indonesia paling tinggi jika dibandingkan dengan harga beras di negara-negara ASEAN lainnya.

Adapun data tersebut ditunjukan dalam Laporan Bank Dunia Indonesia Economic Prospect (IEP) Desember 2022 tentang risiko yang penting untuk dikelola terkait lonjakan harga pangan di Indonesia.

Dalam laporan tersebut, Bank Dunia menilai masyarakat Indonesia membayar harga pokok lebih tinggi, khususnya beras dibandingkan negara-negara di ASEAN. Sementara keterjangkauan masih menjadi tantangan bagi konsumen Indonesia.