Pemerintah Lanjutkan Kartu Prakerja di 2023, Ekonom Indef: Harus Fokus Peningkatan Kualitas SDM
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah tengah menyiapkan pelaksanaan program Kartu Prakerja untuk 2023 dengan skema normal yang akan mulai dilakukan pada kuartal I 2023.

Ekonom Indef Nailul Huda mengatakan, program Kartu Prakerja harus fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

"Saya rasa program Kartu Prakerja fokus ke peningkatan kualitas SDM tenaga kerja kita. Jangan dicampur adukkan dengan program lainnya yang saya rasa sudah ada anggarannya juga," katanya di Jakarta, Selasa, 20 Desember.

Menurut Nailul, Program Kartu Prakerja memang seharusnya mengutamakan kualitas SDM. Dengan meningkatkan kualitas SDM, maka daya saing mereka di dunia kerja akan semakin kompetitif.

Dalam masa-masa gelap perlambatan ekonomi dunia, kata Nailul, memang ada peluang pemberhentian hubungan kerja (PHK) massal maupun tantangan lain.

Namun untuk mitigasi risiko tersebut, pemerintah telah memiliki program lain. Misalnya jaminan kehilangan pekerjaan (JKP).

"Jadi, memang kartu Program Kartu Prakerja ini seperti bunglon dimana ketika COVID-19 menjadi semi bansos, ketika terjadi resesi menjadi semi Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP)," ungkap Nailul.

Praktik Langsung

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Kependudukan-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nawawi menilai Kartu Prakerja lebih tepat ketika dilakukan dengan basis praktik langsung.

"Saya sangat setuju jika pelatihan yang diadakan untuk Kartu Prakerja ini dilakukan berbasis praktik langsung," kata Nawawi.

Nawawi menilai, lembaga yang kompeten untuk melaksanakan program itu adalah balai latihan kerja (BLK). Lembaga itu juga patut untuk bisa selaras dan berkolaborasi dengan industri.

"Satu hal yang menjadi catatan, siapa lembaga yang kompeten untuk melaksanakan pelatihan ini? BLK harus berkolaborasi dengan industri atau lembaga skilling lainnya," tegasnya.

Nawawi juga menekankan pentingnya proses seleksi peserta yang didasarkan pada kebutuhan peserta. Hal itu juga sesuai dengan tujuan utama Kartu Prakerja yakni skilling, reskiling, dan upskilling.

"Seleksi peserta juga harus disesuaikan dengan target sasaran yang membutuhkan. Bisa klasifikasi untuk pencari kerja baru, pekerja yang terkena PHK, dan pekerja yang ingin meningkatkan keahlian di bidang yang dimiliki," ungkapnya.

Dia menyayangkan, adanya insentif dalam Kartu Prakerja.

Ia menilai, Kartu Prakerja idealnya tidak dicampur dengan bantuan sosial (Bansos), sehingga para peserta yang mengikuti Kartu Prakerja benar-benar ingin mendapat manfaat berupa keterampilan dan keahlian.

"Tapi sayangnya untuk yang berikutnya masih saja ada istilah insentif. Kalau insentif ini dihapuskan, artinya mereka yang ingin mendapatkan fasilitas dari Kartu Prakerja, murni karena ingin belajar dan dapat keterampilan baru," tuturnya.

Sejauh ini pengambil kebijakan telah melakukan perubahan kedua atas Peraturan Presiden terkait Kartu Prakerja yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden RI Nomor 113 Tahun 2022 yang diikuti dengan perubahan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai peraturan pelaksanaan melalui Permenko Nomor 17 Tahun 2022.

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerangkan skema normal merupakan skema program Kartu Prakerja yang lebih memfokuskan bantuan untuk meningkatkan skill dan produktivitas angkatan kerja.

Bantuan tersebut berupa bantuan biaya pelatihan secara langsung kepada peserta dan juga insentif usai menyelesaikan pelatihan, dengan ragam pelatihan skilling, reskilling, dan upskilling.

"Seiring dengan mulai pulihnya pandemi COVID-19 yang akan menjadi endemi, Komite Cipta Kerja diharapkan segera menjalankan skema normal dengan pelatihan offline yang merupakan desain awal Program Kartu Prakerja," kata Airlangga.