JAKARTA – Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa tantangan ekonomi yang akan dihadapi ke depan tidak mudah.
Menurut dia, keadaan ini tidak hanya akan dialami oleh Indonesia, melainkan juga level dunia.
“Indonesia dan dunia masih dihantui oleh pandemi COVID-19, masih dihantui oleh ketidakpastian ekonomi global, situasi geopolitik yang juga tidak menentu yang bisa memicu krisis keuangan, krisis energi, krisis pangan, dan larinya pada resesi global,” ujarnya pada Acara Penyerahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Klaster di Istana Negara, Senin, 19 Desember.
Jokowi mengungkapkan, meski situasi dinilai lebih berdinamika pada 2023 namun Indonesia masih menunjukan ketahanan yang baik. Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dalam empat kuartal berturut-turut.
Belum lagi laju inflasi yang tergolong cukup terkendali di angka 5,4 pesen.
"Peluang-peluang seperti ini meskipun dunia sulit, Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh dan yang paling penting pertumbuhan itu bisa menjaga daya beli masyarakat, membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya, sektor riil utamanya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga masih bergerak dengan cepat,” tutur dia.
Kepala negara menyampaikan pula, salah satu cara menjaga daya beli dan ekonomi tetap tumbuh positif adalah dengan terus memperkuat UMKM.
Kata Jokowi, UMKM terbukti menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.
Dijelaskannya, upaya memperkuat sektor bisnis kerakyatan diwujudkan melalui Permodalan Nasional Madani Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (PNM Mekaar).
Asal tahu saja, berdasarkan hasil pembicaraan Presiden dengan Direktur Utama PNM Mekaar, pertumbuhan nasabah yang memanfaatkan fasilitas ini meningkat. Dari 500.000 orang di 2016, kini mencapai 13,5 juta orang pada periode 2022.
“Jangan sampai ada pendapat mengatakan pemerintah tidak perhatian kepada yang mikro, yang kecil-kecil. Keliru besar sekali. Dari 500.000 sekarang sudah 13,5 juta (debitur) dan target saya untuk masuk ke 2024 mencapai diatas 20 juta (debitur),” tegasnya.
Presiden menyebut jika jumlah peminjam PNM Mekaar hampir 90 persennya dilakukan oleh UMKM yang dikelola oleh ibu rumah tangga untuk kebutuhan usaha produktif. Misalnya dipakai untuk jualan gorengan, jualan mi, atau jualan di pasar.
“Kalau sudah bisa masuk ke PNM Mekaar, lulus dari situ, bagus, naik ke masuk ke KUR. Artinya, nanti didorong untuk ke BRI, didorong ke BNI agar plafon kreditnya bisa lebih besar. Pasti dari sekian 13,5 juta itu pasti ada ratusan ribu yang bisa naik kelas setiap tahunnya,” jelas dia.
Selain itu, perhatian pemerintah juga diberikan kepada UMKM melalui KUR. Saat ini, total 39,4 juta UMKM yang memanfaatkan hal ini.
“Program pembiayaan berbasis ekosistem ini akan sangat baik dan menghubungkan kelompok usaha dengan model agregasi, aggregator, dan konsolidasi dengan para penjamin pembeli atau off taker. Kita harapkan betul-betul dapat menyerap barang yang sebanyak-banyaknya dari kelompok-kelompok yang ada dan mendapatkan kepastian pasar, menurunkan risiko kredit pembiayaan usaha dan dari lembaga-lembaga penyalur KUR utamanya bank,” tutup Presiden Jokowi.