TANJUNGPINANG - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Riau (Kepri) merasa optimistis tiga kekuatan ekonomi yang dimiliki wilayah itu mampu mencegah dampak resesi ekonomi.
Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengungkapkan, tiga kekuatan ekonomi tersebut yakni sektor industri, pariwisata, dan kelautan.
Perkembangan sektor industri pada masa pandemi tidak terlepas dari fasilitas yang diberikan pemerintah kepada para investor di Kabupaten Bintan dan Kota Batam. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Bintan dan Batam merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada investor, yang menjadi penggerak utama roda perekonomian.
"KEK di Indonesia paling banyak diberikan pemerintah pusat kepada Kepri yakni di Bintan dan Batam. Semuanya berjalan dengan baik," ucapnya dikutip Antara, Senin 12 Desember.
Sektor pariwisata di Kepri juga kembali normal pada tahun ini. Jumlah wisman yang berkunjung ke Kepri drastis meningkat dibanding tahun 2020-2021.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kunjungan wisatawan wisman ke Kepri naik sebesar 1,44 persen selama Oktober 2022 menjadi sebanyak 106.160 kunjungan dibanding pada September 2022 yang mencapai 104.652 kunjungan.
Hingga Oktober 2022 jumlah kunjungan wisman ke Kepri mencapai 465.670 kunjungan atau naik 20.378,01 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah wisman, kata dia, memberi dampak positif terhadap bisnis pariwisata seperti perhotelan, restoran, objek wisata, dan UMKM.
"Dampak positif dari perkembangan sektor pariwisata sangat banyak. Wisman tidak hanya jalan-jalan, melainkan juga berbelanja di sejumlah mal di Batam dan Tanjungpinang," ucapnya.
Keunggulan yang ketiga, menurut dia, Kepri memiliki lautan seluas 96 persen. Potensi kemaritiman di Kepri menjadi sumber pendapatan bagi pelaku usaha dan pemerintah.
"Bisnis perikanan berkembang pesat di Kepri," ujarnya.
BACA JUGA:
Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Kepri Luki Zaiman Prawira mengemukakan resesi ekonomi belum berdampak di Kepri. Daya tahan ekonomi di Kepri cukup baik ditandai dengan daya beli yang berjalan normal, serta inflasi pada November 2022 sebesar 5,2 persen, masih di bawah nasional yang mencapai 5,4 persen.
Kemudian jumlah penduduk Kepri hanya 2,1 juta orang, relatif sedikit dibanding provinsi lain. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tidak terlalu sulit, meski Kepri bukan sebagai penghasil pangan, katanya. Upaya untuk swasembada pangan terus dilakukan agar Kepri tidak bergantung dengan negara tetangga dan provinsi lain.
Pengawasan terhadap distribusi dan perdagangan komoditas kebutuhan masyarakat dilakukan oleh berbagai lembaga untuk mencegah spekulan dan kenaikan harga barang.
"Bantuan yang diberikan kepada masyarakat kurang mampu baik yang bersumber dari anggaran pusat dan daerah mendorong daya beli masyarakat tetap normal," katanya.