JAKARTA - Pengembang properti di Tanah Air tengah dihadapkan pada dua tebing tinggi, pandemi dan resesi. Di tengah situasi pandemi yang belum sepenuhnya berakhir, kini terbitlah tantangan "baru" yakni resesi yang diprediksi bakal terjadi di tahun 2023 mendatang.
Meski begitu, ada beberapa pengembang yang tetap mampu sukses menjalani bisnis saat situasi pandemi COVID-19. Hal ini tentu menjadi modal yang baik untuk menatap bisnis tahun 2023 dengan lebih optimistis.
Pengembang PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) misalnya. Perseroan juga dihadapkan pada situasi sulit pandemi COVID-19 yang memang menghantam seluruh sektor bisnis di Tanah Air.
"Soal resesi, kita harus yakin dan confidence sama kekuatan makroekonomi kita. Kalau saya lihat, ritel dan hotel itu tidak terlalu terpengaruh dengan anasir-anasir resesi. Karena apa? Karena kita membangun selama cash flow kita siap dan kuat itu tidak ada masalah," ujar Presiden Direktur & CEO INPP, Anthony Prabowo Susilo, beberapa waktu lalu.
"Dan menurut kami, Indonesia ini luar biasa. Di Eropa itu mungkin sudah resesi, tapi Indonesia ini luar biasanya pemerintah kita bisa mencari celah agar market tetap tumbuh dan berkembang," imbuhnya.
Dengan beragam strategi, inovasi, hingga antisipasi yang dilakukan INPP, perseroan bukan hanya bisa bertahan tapi cukup sukses mencatatkan pertumbuhan kinerja bisnis. Asal tahu saja, saat terjadi gelombang baru pandemi yang meningkat, INPP tetap dapat mencatatkan pendapatan di tahun 2021 sebesar Rp427 miliar, naik 7,71 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp367 miliar.
Kenaikan ini didorong oleh terjaganya kinerja usaha terutama yang berasal dari segmen perhotelan dan penjualan properti meski segmen ini yang paling terdampak pandemi. Sepanjang tahun 2021, pendapatan dari recurring revenue masih bisa menjadi andalan dan ke depan telah dipersiapkan beberapa proyek yang nantinya akan menjadi momentum bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja dari property sales.
"Kami tetap optimis dan kami masuk ke market dengan produk yang terukur. Kami juga sudah menyiapkan cash flow yang kuat agar komitmen kami dalam menyelesaikan proyek bisa berjalan baik apapun kondisinya," tutur Anthony.
Anthony lebih lanjut menjelaskan, manajemen senantiasa melakukan berbagai upaya untuk mengatur cost dan cash flow agar tetap terjaga di tengah situasi seperti ini dengan mengatur cash balance yang sehat dan profitability terjaga.
Penerapan strategi yang tepat juga tergambar pada aktivitas bisnis selama periode triwulan III 2022, di mana INPP berhasil meraih penjualan mencapai Rp540,5 miliar dari target tahun ini sebesar Rp938,7 miliar. INPP juga berhasil meraih laba usaha sebesar Rp48,6 miliar dari target tahun ini sebesar Rp138 miliar.
Siapkan Proyek Masa Depan
Di tengah bayang-bayang resesi, saat ini INPP justru sedang menyiapkan proyek masa depan. Perseroan bakal membangun properti berkonsep Mixed Use, di mana dalam satu lokasi terdapat tiga pilar yakni commercial, hospitality, dan residence.
"Salah satu kekuatan kami adalah ritel capability. Jadi projek masa depan INPP ini membawa tiga capability menjadi satu, yaitu membangun mixed use, di mana dalam satu lokasi terdapat ritel development yang sangat kreatif dan dapat berdampak terhadap komunitas di sekitarnya," jelas Anthony.
Pada tahun 2023 mendatang, INPP akan melakukan lima sampai enam pengembangan dan salah satunya adalah Antasari Place. Keistimewaan Antasari Place, dikatakan Anthony, punya ruang terbuka hijau dan interiornya akan di-upgrade menjadi lebih luxury.
Hal tersebut menurut Anthony, memang menjadi strategi perseroan dalam meningkatkan kualitas proyek-proyek yang tengah pihaknya kerjakan. Selain itu, Antasari Place diklaimnya paling cocok untuk kaum milenial.
Antasari Place berada di lokasi yang strategis, didesain untuk single family, dan juga cocok untuk profesional muda yang butuh tempat tinggal. Pihaknya juga membuat skema yang menjembatani agar milenial bisa membeli properti di Antasari Place.
"Jadi kami memberikan skema agar mereka bisa mencicil dulu DP selama beberapa kali. Setelah DP tercapai, bisa dilanjutkan dengan KPA. Jadi, kami juga dibantu dengan beberapa Bank BUMN maupun swasta yang bekerja sama untuk menyediakan plafon cicilan kredit," ungkap Anthony.
Adapun terkait kenaikan suku bunga, manajemen INPP memberikan solusi terkait tren kenaikan suku bunga. Misalnya dengan DP yang tadinya harus 20 persen, dijadikan 5-10 persen saja.
"Untuk Antasari place, itu kan unitnya tidak terlalu besar, jadi secara cicilan juga lebih terjangkau," ujar Anthony.
INPP juga akan melakukan pengembangan di Bandung. Sementara di Makassar, perseroan membangun mixed use antara hunian kelas atas di harga Rp2-5 miliar.
"Kami sudah mulai akan orbit tahun ini dan di tahun depan kami akan handover hotel Hyatt Place. Ini semacam adiknya Grand Hyatt ini akan menjadi Hyatt Place pertama di Indonesia yang kami bawa ke Makassar," tuturnya.
Sedangkan di Kota Makassar, lanjut dia, INPP juga sedang merencanakan membangun development mix dan rencananya di tahun depan juga akan merilis satu produk lagi yakni di Kota Balikpapan. Begitu pula di Kota Semarang.
Portofolio INPP
Saat ini, INPP memiliki dan mengelola sejumlah mal, hotel dan residensial. Hotel yang dikelola INPP, di antaranya Grand Hyatt Jakarta, Sheraton Bali Kuta Resort, Harris Hotel Tuban Bali, Maison Aurelia Bali Harris Hotel Batam Center, Harris Suites fx Sudirman, Harris Resort Waterfront Batam, Pop Hotel Sangaji Yogyakarta, dan Harris Hotel Tebet.
Sedangkan mal, INPP memiliki dan mengelola Plaza Indonesia, Park 23 Entertainment Center Bali, Beachwalk Shopping Center Bali, 23 Paskal Shopping Center Bandung, dan FX Sudirman Jakarta. Untuk residensial yang dimiliki INPP, yakni Keraton at The Plaza, Beachwalk Residence Bali, 31 Sudirman Suites, One Rsidence Batam, dan Antasari Place di Jakarta Selatan.
Dengan beragam produk yang sudah dibangun itu, INPP telah memberikan banyak kontribusi bagi negara, dengan membuka ribuan lapangan kerja dan menggerakkan perekonomian nasional dari sektor leisure, retail, dan properti.
Anthony mengungkapkan, INPP adalah developer yang awalnya berangkat dari dunia perhotelan pada 2002. Lalu tahun 2010-2012 INPP mulai melengkapi menjadi hotel dan mall, dan pada 2017 mulai masuk ke hunian highrise.
Kemampuan membawa tiga proyek sekaligus yakni hotel, mal, dan hunian dalam satu kawasan akan menjadi andalan INPP ke depan. Hal ini dilandaskan pada keyakinan bahwa jika retail sukses maka hotel juga akan terdampak positif dan jika retail dan hotel sukses dipastikan bisa mendongkrak demand dan nilai keunikan huniannya.