Bagikan:

JAKARTA - Beberapa komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar (BK) periode Desember 2022 mulai menunjukkan peningkatan harga jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Harga sebagian besar komoditas lainnya masih terus mengalami penurunan. Namun secara global, tren harga komoditas pertambangan pada kuartal ini cenderung turun.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Didi Sumedi mengatakan, peningkatan harga beberapa komoditas ini terjadi karena mulai meningkatnya permintaan komoditas tersebut di pasar dunia.

Khususnya di tengah permintaan global produk pertambangan yang trennya terus menurun pada kuartal terakhir tahun ini.

Perkembangan ini memengaruhi analisis penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) produk pertambangan yang dikenakan Bea Keluar untuk periode Desember 2022.

Ketentuan HPE periode Desember 2022 ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1529 Tahun 2022 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar, tanggal 28 November 2022.

"Beberapa komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar mulai menunjukkan peningkatan harga, sementara sebagian besar produk lain masih terus mengalami penurunan harga. Tren perkembangan harga komoditas pertambangan global cenderung menurun pada kuartal ini karena permintaan dunia yang tidak sebesar kuartal-kuartal awal," kata Didi,dalam keterangan resmi, Rabu, 30 November.

Didi mengatakan, beberapa komoditas yang mulai mengalami peningkatan harga yakni konsentrat tembaga, konsentrat mangan, konsentrat timbal, dan bauksit yang telah dilakukan pencucian.

Sementara komoditas yang masih mengalami penurunan harga antara lain konsentrat besi, konsentrat besi laterit, konsentrat seng, konsentrat pasir besi, konsentrat ilmenit, dan konsentrat rutil.

"Sementara untuk pellet konsentrat pasir besi masih tetap tidak mengalami perubahan sebagaimana biasanya," kata Didi.

Didi pun merinci produk pertambangan yang mengalami peningkatan harga rata-rata pada periode Desember 2022 adalah konsentrat tembaga (Cu ≥ 15 persen) dengan harga rata-rata sebesar 2.953,66 dolar AS per WE atau naik sebesar 2,87 persen; konsentrat mangan (Mn ≥ 49 persen) dengan harga rata-rata 218,51 dolar AS per WE atau naik sebesar 1,02 persen.

Lalu, konsentrat timbal (Pb ≥ 56 persen) dengan harga rata-rata sebesar 835,64 dolar AS per WE atau naik sebesar 4,52 persen; dan bauksit yang telah dilakukan pencucian (washed bauxite) (Al2O3 ≥ 42 persen) dengan harga rata-rata sebesar 30,82 dolar AS per WE atau naik sebesar 2,63 persen.

Produk Tambang yang Alami Penurunan Harga

Sedangkan, kata Didi, produk pertambangan yang masih mengalami penurunan harga sebagaimana periode sebelumnya yaitu konsentrat besi (hematit, magnetit) (Fe ≥ 62 persen dan ≤ 1 persen TiO2) dengan harga rata-rata sebesar 74,40 dolar AS per WE atau turun sebesar 8,63 persen; konsentrat besi laterit (gutit, hematit, magnetit) dengan kadar (Fe ≥ 50 persen dan (Al2O3 + SiO2) ≥ 10 persen) dengan harga rata-rata sebesar 38,02 dolar AS per WE atau turun sebesar 8,63 persen.

Lalu, konsentrat seng (Zn ≥ 51 persen) dengan harga rata-rata sebesar 820,50 dolar AS per WE atau turun sebesar 5,98 persen; konsentrat pasir besi (lamela magnetit-ilmenit) (Fe ≥ 56 persen) dengan harga rata-rata sebesar 44,43 dolar AS per WE atau turun sebesar 8,63 persen; konsentrat ilmenit (TiO2 ≥ 45 persen) dengan harga rata-rata 440,00 dolar AS per WE atau turun sebesar 1,93 persen; dan konsentrat rutil (TiO2 ≥ 90 persen) dengan harga rata-rata 1.331,85 dolar AS per WE atau turun sebesar 1,61 persen.

Sementara itu, komoditas produk pertambangan pellet konsentrat pasir besi (lamela magnetit-ilmenit) (Fe ≥ 54 persen) dengan harga rata-rata 117,98 dolar AS per WE masih tetap tidak mengalami perubahan.

Didi mengatakan, penetapan HPE produk pertambangan periode Desember 2022 ini dilakukan sebagaimana mekanisme pada periode sebelumnya, yaitu dengan terlebih dahulu meminta masukan atau usulan tertulis dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selaku instansi teknis terkait.

"Perhitungannya dilakukan berdasarkan data perkembangan harga yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu Asian Metal, Iron Ore Fine Australian, dan London Metal Exchange (LME)," katanya.

Didi menjelaskan, HPE kemudian ditetapkan setelah dilakukan rapat koordinasi dengan berbagai instansi terkait, yakni Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.